Sponsor

Sunday 10 November 2013

POLITIK DAN OLAHRAGA


PENGARUH POLITIK TERHADAP PEMBINAAN OLAHRAGA

Dalam perkembangan kemajuan sekarang pengaruh politik cukup besar terhadap pembinaan olahraga,.Karena olahraga juga merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan tanggung jawab, kreativitas dan daya inovasi, serta mengembangkan kecerdasan. Hal itu telah dibuktikan juga kaitannya dengan politik. Dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah semuanya terbaur oleh politik,
Perkembangan olahraga tidak dapat di pisahkan dari kecenderungan perkembangan olahraga pada tingkat global, terutama pengaruh dari gerakan Olympiade sebagai sebuah idealisme, yang sedemikian kuat dalam memberikan arah, isi dan pengorganisasian kegiatan olahraga pada umumnya. Dan untuk dapat bersaing diperlukan pembinaan yang terstruktur. Dan harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas - luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya.
Akan tetapi dalam perkembangannya semua itu tidak lepas dari intervensi politik, baik intervensi itu menimbulkan kemajuan atau bahkan kemunduran dalam bidang olahraga. Dan dalam hal ini pengaruh sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya, karena jika dalam pembinaan yang dilakukan oleh institusi yang ditunjuk salah maka pengaruh perkembangan akan olahraga juga akan tidak memperoleh prestasi yang maksimal atau kemrosotan prestasi.
Kata kunci: pembinaan olahraga, politik, intervensi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dewasa ini peran olahraga makin penting dan strategis dalam kehidupan era global yang penuh perubahan, persaingan, dan kompleksitas. Hal tersebut menyangkut pembentukan watak dan kepribadian bangsa serta upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkesinambungan. Olahraga telah terdapat dalam berbagai bentuk di dalam semua kebudayaan yang paling tua sekalipun.
Dalam kehidupan modern olahraga telah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup agar lebih sejahtera.Olahraga semakin diperlukan oleh manusia dalam kehidupan yang semakin kompleks dan serba otomaTis, agar manusia dapat mempertahankan eksistensinya terhindar dari berbagai gangguan atau disfungsi sebagai akibat penyakit kekurangan gerak (Hypo Kinesis Desease). Olahraga yang dilakukan dengan tepat dan benar akan menjadi faktor penting yang sangat mendukung untuk pengembangan potensi dini. Kesehatan, kebugaran jasmani dan sifat-sifat kepribadian yang unggul adalah faktor yang sangat menunjang untuk pengembangan potensi diri manusia, dan melalui pendidikan jasmani, rekreasi, dan olah raga yang tepat faktor-faktor tersebut dapat diperoleh. Melalui pembinaan olahraga yang sistematis, kualitas SDM dapat diarahkan pada peningkatan pengendalian diri, tanggungjawah, disiplin, sportivitas yang tinggi yang mengandung nilai transfer bagi bidang lainnya. Berdasarkan sifat-sifat itu, pada akhirnya dapat diperoleh peningkatan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembangunan olahraga perlu mendapat perhatian yang lebih proporsional melalui perencanaan dan pelaksanaan sistemiatis

Olahraga dapat dilakukan sebagai latihan, pendidikan, hiburan, rekreasi, prestasi, profesi, politik, bisnis, industri, dan berbagai aspek lain dalam kebudayaan manusia. Bagi suatu negara, olahraga yang dilaksanakan dan diselenggarakan dengan baik akan dapat memberikan pengaruh yang besar bagi harkat dan martabatnya di dunia internasional. Olahraga juga merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan tanggung jawab, kreativitas dan daya inovasi, serta mengembangkan kecerdasan. Hal itu telah dibuktikan juga kaitannya dengan politik.
Olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah semuanya terbaur oleh politik, yang ada hanyalah manipulasi sebuah kepuasan pribadi. Dan dalam perkembangan kemajuan sekarang pengaruh politik cukup besar terhadap pembinaan olahraga, baik pengaruh itu menimbulkan kemajuan atau bahkan kemunduran dalam bidang olahraga.

B.        Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian politik dan olahraga itu?
2.      Apa saja kaitannya politik dengan dunia olahraga
3.      Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari masuknya politik dalam pembinaan olahraga?
4.      Apa saja dampak positif dan negative masuknya politik dalam pembinaan olahraga?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Politik dan Olahraga
1.      Pengertian Politik
Politik Dalam arti kebijaksanaan (Policy) berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti politik dari segi kepentingan penggunaan.
Dalam arti kepentingan umum (Politics) atau segala usaha untuk kepentingan umum, baik yang berada dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik (Politics) yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan.

            Miriam Budairdjo (2009:13) mengatakan bahwa politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Usaha yang dimaksud dalam pengertian politik ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yang terkadang bertentangan satu dengan lainnya. Akan tetapi tujuan itu hanya dapat dicapai jika memiliki suatu kekuasaan wilayah tertentu (negara atau system politik). Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada. Oleh karena itu, kesimpulan bahwa politik dalam suatu Negara berkaitan dengan masalah kekuasaan pengambilan keputusan, kebijakan public, dan alokasi atau distribusi. Namun pada umumnya, dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.
Sedangkan Menurut Ramlan Surbakti (1999 : 1) bahwa definisi politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Menurut Kartini Kartono (1996 : 64) bahwa politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.                        .

                Aristoteles (384-322 SM) yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya. Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).Dengan beberapa pendapat para ahli itu maka dapat disimpulkan poltik adalah merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.

2.      Pengertian Olahraga
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi stress. Olahraga juga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit serta stress. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan tersetruktur dengan baik dengan kata lain olahraga adalah suatu aktivitas yang dapat menyehatkan diri dari luar maupun dari dalam atau lebih dikenal dengan nama sehat jasmani rohani. Adapun beberapa pendapat atau para pakar yang mendefinisikan tentang olahraga
Olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerakan badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang atau dapat dikenal regu atau rombongan. Sedangkan dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) adalah ikut serta dalam aktivitas tubuh untuk memperoleh kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di USA).
Adapun Menurut UNESCO mengartikan bahwa olahraga sebagai “setiap aktivitas tubuh berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri kita sendiri”.                .     
Menurut Pakar Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, petandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila.                 .                          
Sedangkan Pengertian Olahraga (Menpora Maladi) olahraga mencakup segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal
B.     Kaitan Politik dengan Olahraga
1.      Hubungan politik dengan olahraga
Perkembangan olahraga tidak dapat di pisahkan dari kecenderungan perkembangan olahraga pada tingkat global, terutama pengaruh dari gerakan Olympiade sebagai sebuah idealisme, yang sedemikian kuat dalam memberikan arah, isi dan pengorganisasian kegiatan olahraga pada umumnya. Di pihak lain perkembangan olahraga itu sendiri, sepeti halnya perkembangan Olympiade di pengaruhi oleh perubahan yang berlangsung dalam lingkungan makro politik. Olahraga yang pada dasarnya merupakan kegitan yang semata-mata kesenangan belaka, olahraga beralih menjadi upaya yang dikelola secara sungguh-sungguh, atau dari kelihatan yang di anggap amat remeh, yang hanya di lihat sebelah mata oleh pemerintah, menjadi sebuah kebijakan global yang memerlukan perhatian dari Presiden, Perdana Menteri, dan Raja. Keseluruhan perubahan itu merupakan konsekuensi dari perubahan kehidupan manusia yang diterpa oleh perubahan dan lingkungan hidup.
Sejak awal kebangkitan Olympiade modern 1896 di Athena, gerakan Olympiade (Olympic Movement) mencanangkan bahwa Olympiade mengemban misi untuk menyebarluaskan isme, sebuah idealisme yang mengandung pesan perdamaian, kebebasan dan persaudaraan sebagai landasan tatanan dunia baru, termasuk membina manusia menuju kesempurnaan, seperti terkandung dalam motto, citius, altius, fortius.  Tidak dipungkiri, gerakan Olympiade secara nyata berpengaruh kuat terhadap penyebarluasan kultur olahraga, dan sekaligus memberikan arah terhadap tujuan pembinaan, isi kegiatan dan bahkan cara mengorganisasinya. Tanpa kita sadari pula, akses dari Olympiade itu sendiri adalah lenyapnya eksistensi permainan. Pada awalnya, kegitan Olympiade bersifat mundial tersebut, yang diklaim sebagai langkah paling dini dalam penciptaan globalisasi olahraga, hanya di ikuti oleh kelompok ekslusif dari kalangan bangsawan. Memasuki tahun 1920  mulai meluas, di ikuti oleh kalayak luas, meskipun masih amat terbatas, sementara pada tahun 1950 berbarengan dengan meletusnya perang dingin, konflik dalam komteks geo politik yang dipicu oleh perang ideology-komunis dan demokrasi tidak terelakan, olahraga merupakanbagian dari suatu sistem polotik, dan untuk negara-negara sosialis, merupakan alat propaganda bagi keberhasilan tatanan masyarakt sosialis.
2.      Kelekatan Politik dengan Olahraga
Sejak lama ada usaha untuk menceraikan kegiatan olahraga, terutama Olimpiade, dengan politik. Tapi, upaya itu selalu gagal. Kalau saja dunia mau jujur, sebenarnya keterkaitan antara keduanya sudah terpatri dalam peraturan penyelenggaraan Olimpiade itu sendiri.Ambil saja pengibaran bendera dan pengumandangan lagu kebangsaan negara asal atlet pemenang salah satu cabang olahraga sebagai contoh. Itu saja sudah menunjukkan tentang bagaimana olahraga sudah terpolusi oleh politik. Sejarah telah beberapa kali merekam tentang intervensi politik terhadap ajang yang sebenarnya dimaksudkan untuk memupuk sportivitas dan persahabatan antarnegara dan bangsa ini.
Contoh klasik terjadi pada Olimpiade 1936 di Berlin, ketika faham Nazi Jerman tengah berada di puncaknya. Jesse Owens, pelari berkulit hitam AS yang sebelum pesta olahraga itu dibuka sudah dihina media Jerman, tiba-tiba saja merebut tak kurang dari empat medali emas. Dan, itu dilakukannya di depan mata Hitler, gembong konsep tentang supremasi bangsa Aria.Pada 1968, pada upacara menghormati pemenang, dua atlet kulit hitam AS mengacungkan tinju sebagai protes atas diskriminasi rasial di negara mereka. Orang juga tak melupakan kejadian berdarah pada Olimpiade 1972 di Muenchen, ketika para pejuang radikal Palestina menyandera dan kemudian membunuh 11 atlet Israel. Itu adalah upaya menarik perhatian dunia akan nasib bangsa Palestina yang tergusur dari tanah leluhur mereka.
Pada Olimpiade 1980 di Moskow, AS dan negara-negara Barat memutuskan tak hadir sebagai protes atas penyerbuan Uni Soviet terhadap Afganistan. Empat tahun kemudian, Uni Soviet dan sekutunya membalas boikot itu dengan tak hadir pada Olimpiade 1984 di Los Angeles. Aksi Uni Soviet diikuti oleh negara-negara satelitnya di Eropa Timur. Akibatnya, Olimpiade 1984 berjalan hambar. Maklumlah, negara-negara sosialis di masa itu merupakan gudang atlet kelas dunia.
Dari semua kejadian yang dibeberkan di atas, Olimpiade Beijing 2008 yang akan dimulai dalam sepekan ini merupakan puncak dari keterkaitan antara olahraga dan politik. Sejak jauh hari sebelum dimulai, ia telah dikotori faktor politik. Protes warga Tibet ternyata tidak terbatas di Tibet, tapi menyebar ke seluruh pemukiman mereka di seluruh China dan di negara-negara lain. Unjuk rasa mereka juga didukung para aktivis LSM internasional.
Buat China sendiri, Olimpiade Beijing 2008 memiliki arti penting yang nuansa politiknya sangat tebal. Ketika mendiang Mao Zedong memproklamasikan berdirinya RRC sebagai sebuah negara itu pada 1 Oktober 1949, antara lain ia mengatakan, "Bangsa kita tidak lagi akan jadi obyek pemerasan, penghinaan, dan pembudakan dari bangsa lain." Sejak saat itu, RRC selalu berjuang menempatkan dirinya pada posisi terhormat di pentas dunia.
Tapi, selama hampir 50 tahun (1945-1990), Mao selalu berada di bawah bayang-bayang Uni Soviet dan AS, sebagai dua aktor utama di panggung Perang Dingin. Mao telah mencoba melepaskan diri dari bayang-bayang kedua adikuasa dan berperan sebagai kekuatan ketiga dengan cara menghimpun kekuatan negara-negara berkembang. Toh, usaha itu tak banyak mendatangkan sukses.
Sukses Beijing sebagai salah satu pelaku yang turut menentukan corak dunia justru diraih setelah mendiang Deng Xiaoping mengambil langkah berani. Ia berbalik 180 derajat dengan meninggalkan prinsip-prinsip Maois dan mengadopsi model pembangunan kapitalistik. Hasilnya adalah perkembangan ekonomi di atas 8% per tahun dan telah menempatkannya sejajar dengan negara-negara kapitalis dunia.
Sejarah China selama sekitar satu abad antara 1838, yakni dimulainya intervensi dan intrusi kolonialisme dan imperialisme Barat, sampai 1949 ketika RRC berdiri, dipenuhi perasaan sebagai bangsa tertindas dan terhina. Hampir semua kekuatan dunia memiliki konsesi di China dan tak mengherankan jika Bapak Republik Dr Sun Yat-sen mengatakan bahwa nasib bangsa China lebih buruk dari bangsa lain karena ia dijajah banyak negara. Tak mengherankan pula jika para sejarawan Marxis di China menyebut masa selama satu abad itu sebagai abad humiliasi (penghinaan) nasional.
Karena itu, penyelenggaraan Olimpiade di Beijing tak dapat dipisahkan dari sejarah humiliasi, sukses pembangunan ekonomi, dan kebangkitan nasional bangsa China. Olimpaide Beijing 2008 adalah sebuah lambang tentang keberhasilan China yang telah bangkit kembali dari posisi terhina selama satu abad dan berhasil menempatkan diri sebagai aktor yang perannya sejajar dengan negara-negara besar lain.
Olimpiade Beijing juga merupakan lambang balas dendam China atas satu abad penghinaan yang dilakukan bangsa-bangsa Barat dan Jepang terhadap bangsa dan negara China.
Oleh karena itu, RRC tak akan membiarkan anasir sekecil apapun yang berasal dari dalam maupun luar negeri yang ditengarai akan mengganggu keberhasilan penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu.
3.       Olahragawan dan Politik
     Olahraga tentunya tidak lepas dari atlet atau olahragawan dengan bidang olahraga yang ditekuninya, dan atlet merupakan salah satu unsur terpenting dalam perkembangan olahraga karena atlet merupakan pelaku utama dalam kemajuan olahraga. Atlet atau olahragawan menjadi patokan atau tolak ukur  kemampuan dalam menguasai sebuah olahraga.
      Seseorang tentunya menjadi atlet atau olahragawan tentunya tidak diperoleh dengan mudah, mereka bisa menjadi atlet harus melewati perjuangan yang berat yaitu dengan berlatih rutin. Tetapi bagi kebanyakan atlet mereka menekuni olahraga yang mereka tekuni tentunya didasari dulu dengan rasa senang dengan olahraga yang mereka tekuni, jadi mereka melewati hari – hari latihannya dengan rasa senang. Selain membuahkan prestasi tentunya mereka juga bisa mendapatkan kebugaran tubuh yang lebih bagus di banding orang- orang non atlet, dan dari kebugarannya itu mereka bisa memperoleh prestasi yang lebih bagus lagi. Dari prestasi yang mereka dapat mereka bisa memperoleh popularitas, sehingga mereka bisa dikenal banyak orang bahkan dijaman sekarang menyamai popularitasnya dengan pejabat tinggi negara atau selebriti, terlebih bagi mereka yang bisa berprestasi membawa nama baik negaranya dikancah internasional sehingga mereka dianggap sebagai pahlawan pembawa nama negara. Dengan popularitasnya banyak yang memanfaatkannya dalam perkembangan dunia politik, entah saat mereka menjadi atlet atau saat setelah mereka pensiun menjadi seorang atlet, Dengan ketenaran mereka banyak yang memanfaatkannya sebagai duta kampanye partai- partai politik yang bersanguktan yang memanfaatkan ketenarannya. Dan bahkan banyak juga yang maju sendiri dalam perebutan kursi politik dengan mengandalkan ketenarannya dan fans - fans mereka saat menjadi atlet yang semakin mendukung mereka berkiprah dalam dunia politik.
      Dari popularitas para atlet / mantan atlet itu banyak bukti yang terjun langsung dalam dunia politik, dan bahkan banyak dari antara mereka sukses dalam pemilihan kursi politik dan akhirnya beralih profesi menjadi seorang politikus. Dan berikut ini contoh beberapa mantan atlet yang sukses terjun dalam dunia politik :
a). George Weah. Mantan pemain sepak bola Liberia, ia meraih penghargaan Pemain Terbaik FIFA, sehingga merupakan orang Afrika pertama yang meraih gelar tersebut. Setelah pensiun dari sepak bola, Weah mencoba peruntungannya di dunia politik. Ia mencalonkan dirinya menjadi presiden Liberia dan bersaing dengan Ellen Johnson-Sirleaf dalam pemilu presiden Liberia pada Oktober dan November 2005. Tapi sayang Weah gagal menjadi presiden Liberia. Meskipun begitu, ia masih tetap aktif berkecimpung di dunia politik.          .
b). Manny Pacquiao. Petinju Filipina dengan segudang prestasi dan hingga kini masih aktif bertinju. Pada tahun 2007 ia mencalonkan dirinya sebagai anggota parlemen dari Partai Liberal. Tapi sayang, Pacquiao kalah bersaing dari Darlene Antonino-Custodio, saat itu. Pacquiao baru berhasil menjadi anggota parlemen saat pemilu 2010 untuk mewakili provinsi Sarangani.            .
c). Arnold Schwarzenegger. Ia memang dikenal sebagai bintang film. Tapi jauh sebelum itu, Arnold Schwarzenegger adalah seorang atlet binaraga.  Ia terpilih pada 7 Oktober 2003 sebagai Gubernur baru California.               .
d). Andriy Shevchenko. Pensiun dari sepak bola usai Euro 2012, sekarang ia ikut serta dalam dunia politik. Sebuah partai oposisi yang pro pada para pebisnis Ukraina menjadi pelabuhan Shevchenko. Shevchenko diharapkan bisa duduk di kursi panas parlemen Ukraina pada pemilihan wakil rakyat Ukraina yang berlangsung bulan Oktober 2012 ini.                         .
5). Kakha Kaladze. Mantan bek Milan dan Genoa ini pensiun seusai musim kompetisi 2011/2012. Tapi siapa sangka, usai pensiun ia benar-benar langsung bergabung dengan dunia politik. Kakha Kaladze terpilih sebagai Menteri Pembangunan Daerah dan Infrastruktur sekaligus deputi Perdana Menteri Georgia pada tanggal 8 Oktober 2012 yang lalu. 
6). Marat Safin. Mantan petenis nomor satu, Marat Safin terjun ke politik. Dia menjadi anggota partai politik yang tengah berkuasa di Rusia. Mantan petinju, Pete Sampras menyebut Safin akan sukses dan bisa menjadi Presiden Rusia.
7). Kevin Johnson. Bekas pemain basket NBA, sukses terjun ke dunia politik. Dia menjadi wali kota Sacramento pada 2008. Dialah wali kota Afrika-Amerika pertama untuk Sacramento.
Dari banyaknya mantan atlet yang terjun dunia politik bisa disimpulkan bahwa popularitas saat menjadi atlet bisa menjadi sarana dalam prestasi meraih kursi politik.
C.    Pengaruh Politik dalam Pembinaan Olahraga
          Membangun strategi pembinaan olahraga memerlukan waktu dan penataan system secara terpadu. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dengan kelembagaan lain yang terkait dengan pembinaan system keolahragaan secara nasional. Penataan olahraga harus dimulai dari permasalahan olahraga di masyarakat yang diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Oleh karena itu penataan harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang dicapai merupakan produk yang sangat optimal.
Untuk dapat menggerakkan pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas - luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga yang seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu system pengelolaan keolahragaan yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam semangat kebersamaaan dari seluruh lapisan masyarakat.
Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga prioritas. Hal ini bias dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi prioritas.
Dunia olahraga saat ini dan bahkan yang akan datang, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Olahraga tidak hanya sebagai kebutuhan untuk menjaga kebugaran tubuh, akan tetapi telah merasuk dalam semua sektor kehidupan. Lebih jauh lagi, prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat manusia baik secara individu, kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara. Prestasi olahraga suatu negara menjadi tolok ukur kemajuan bangsa dan negara, oleh karena itu persaingan mencapai prestasi olahraga antar negara terus berjalan dengan berbagai pengembangan teknik dan teknologi bidang olahraga, “sport science – sport technology”  merupakan tantangan bagi pengurus dan pengelola olahraga suatu negara. Tanpa ada keinginan dan kemampuan menjawab tantangan tersebut, rasanya akan sulit kita mensejajarkan prestasi olahraga dengan prestasi olahraga negara lain. Untuk itu perlunya diadakan rekonsolidasi dan harmonisasi antar berbagai lembaga pengelolaan keolahragaan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi induk cabang olahraga, korporasi dan masyarakat luas. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat efisiensi dan efektivitas pengembangan dan pembinaan olahraga dalam mempercepat perwujudan prestasi olahraga di berbagai event, baik single event maupun multy event olahraga nasional, regional dan internasional.
            Tidak bisa dipungkiri, olahraga menjadi salah satu komoditi atau aset berharga suatu negara. Persoalan utama dalam sistem pembinaan olahraga disebabkan karena kurang seriusnya pembinaan olahraga itu sendiri. Pola pengembangan olahraga masih bersifat tradisional, tak lebih dari rutinitas sebagai bagian ritual yang berorientasi pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang miskin inovasi. Berpijak dari fakta tersebut, upaya untuk mengembalikan kejayaan olahraga, dengan penekanan utama pada pergeseran paradigma pembinaan olahraga yang tidak sekadar berorientasi pada pencapaian medali. Medali harus dianggap sebagai konsekuensi logis pembinaan olahraga yang tertata dan terintegrasi dalam sistem yang mapan. Walaupun kualitas dan kuanititas piala atau medali, yang diperoleh sebuah negara dalam sebuah kejuaraan, adalah indikator kemajuan olahraga dan indikator karakter atau mentalitas bangsa dari negara tersebut. Selain piala dan mendali masih banyak indikator lain yang bisa dipakai untuk mengukur karakter dan mentalitas sebuah bangsa. Sejak zaman Yunani Kuno dahulu, umat manusia telah sepakat dan menyadari bahwa olahraga adalah salah satu sarana penting untuk meningkatkan karakter dan mentalitas bangsa (sebagai sarana untuk nation and character building, kata Bung Karno). Kalau sebuah negara meletakkan urusan olahraga di tangan sebuah kementerian, atau mengeluarkan anggaran yang sedemikian besar untuk membangun fasilitas olahraga di berbagai lingkungan pemukiman atau pendidikan, maka alasannya olahraga dianggap sebagai salah satu sarana penting untuk menempa dan meningkatkan karakter dan mentalitas bangsa. Kalau kita hendak memajukan olahraga, maka kita perlu menyadari benar fungsi dan tujuan olahraga. Tujuan olahraga bukan sekedar meraih piala atau medali. Tujuan olahraga adalah membangun karakter dan mentalitas bangsa
Komitmen untuk melaksanakan dan menyepakati arah strategis pembangunan pembinaan olahraga itu diperkuat oleh komunikasi dan koordinasi, selain mesti terjamin sisi keberlanjutannya. Berdasarkan paparan singkat itu sangat jelas bahwa subsistem pendidikan jasmani atau olahraga pelajar/mahasiswa tidak boleh terbengkalai pembinaannya dan termasuk ke dalam kebijakan umum. Olahraga masyarakat (rekreasi) merupakan kegiatan "penyedap" dan penggairah dalam rangka membangun kembali vitalitas hidup. Kegiatan itu ikut serta membangun sebuah mood kejiwaan yang sehat. Sama sekali tak dapat diabaikan perkembangan dan trend olahraga kompetitif untuk berprestasi meskipun ada ayunan perubahan yang mengarah kepada perolehan keuntungan yang bersifat material; ada pergeseran dari amateur ke profesional, paling tidak di tubuh Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang dirintis semasa kepemimpinan Presiden IOC, Juan Antonio Samaranch. Banyak negara, meski dengan jumlah penduduk sedikit, mampu berprestasi dalam olahraga, seperti yang diraih oleh Australia dalam Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. Jawabannya, sebagian karena faktor penentu berupa tingkat kepuasan hidup. Kemerosotan Rusia misalnya, lebih banyak karena keterbatasan dana untuk mengoperasionalkan sistem. Mereka bisa sekadar bertahan untuk memelihara sistem yang sudah mantap, tetapi sukar untuk mencapai hasil optimal karena faktor ekonomi. Mungkin tanpa kita sadari, pada tataran lingkungan yang lebih luas ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap arah, isi dan bahkan cara mengelola olahraga. Dan dalam hal ini pengaruh sistem politik mempengaruhi model pembinaan dan institusi yang menanganinya, karena jika dalam pembinaan yang dilakukan oleh institusi yang ditunjuk salah maka pengaruh perkembangan akan olahraga juga akan tidak memperoleh prestasi yang maksimal.

D.    Dampak Politik dalam Olahraga
1.      Dampak positif :
a). Olahraga menjadi alat pemersatu antar negara karena membawa nama baik negara
b). Pelaku politik berperan sebagai sponsorship yang:
       1). Memberikan produk yang berkaitan langsung dengan kebutuhan or (sepatu,dll)
       2). Memberikan fasilitas kebutuhan sehari bagi para atlet
       3). Membuat produk yang tidak bertalian langsung dengan or (asuransi,dll)
c). Menjadikan olahraga lebih dikenal dan menjadi hiburan bagi masyarakat luas dengan diadakannya pertandingan – pertandingan olahraga yang menghibur, contoh (mendatangkan club –club sepakbola internasional dan berlatih tanding).
d). Para pemimpin dunia telah bisa saling melakukan proses negosiasi dan komunikasi yang berkaitan dengan masalah olahraga. Seperti contohnya, hubungan yang baik antar Negara juga dapat diciptakan dengan menggelar pesta olahraga di penjuru dunia. Intinya, dengan mensosialisasikan olahraga dalam kehidupan plotik, baik luar negeri maupun dalam negeri, akan berdampak baik pada kehidupan politik dunia, negara khususnya.     
e). Dengan pemerintah melibatkan sponsor dan mengndalikan olahraga, club – club olahraga bisa lebih berkembang dari segi financial dan secara tidak langsung pembinaan dibidang sarana dan prasana memadahi dankesejahteraan atlet   juga menjadi ikut terangkat.  

2. Dampak Negatif :
a). Tidak sedikit terjadi provokasi dalam dunia olahraga yang disebabkan urusan politik. Salah satunya kasus suap kepada pelaku olahraga (atlet, wasit, panitia pertandingan,dll)
b). Rusaknya kepengurusan dalam organisasi olahraga karena lebih mementikan urusan kepentingan politiknya sendiri ketimbang kemajuan olahraga, sehingga berimbas kepada kemunduran dan rusaknya system pembinaan olahraga.
c). Kemunduran prestasi atlet dikarenakan atlet menjadi sarana kampanye dan terjun dalam berbagai kegiatan politik yang menjadikan konsentrasi atlet menjadi terpecah .
d). Rasa Nasionalis atlet menjadi berkurang karena hanya mementingkan segi financial saja yang diperoleh dari dampak masuknya politik
e). Hilangnya sportivitas dalam olahraga, baik dalam pertandingan atau kepengurusan karena intervensi dari pihak luar / kepentingan politik.liaa
Dapat diartikan bahwa olahraga tidak boleh untuk di jadikan tempat ajang berpolitik yang bukan untuk keuntungan olahraga tersbut.

BAB III
KESIMPULAN
Olahraga merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk meningkatkan disiplin dan tanggung jawab, kreativitas dan daya inovasi, serta mengembangkan kecerdasan. Hal itu telah dibuktikan juga kaitannya dengan politik. Akan tetapi faktor budaya, ekonomi dan politik  juga sangat mempengaruhi perkembangan olahraga itu sendiri, terlebih pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah semuanya terbaur oleh politik, faktor ini sangat mempengaruhi bukan saja yang ingin di capai, akan tetapi isi dan cara mengorganisasi kegiatan tersebut. Dan dalam hal ini ditunjukan bagaimana negara-negara  menunjukan bahwa pasang surut prestasi olahraga di pengaruhi faktor politik,
Jadi dalam perkembangan kemajuan sekarang pengaruh politik cukup besar terhadap pembinaan olahraga, baik pengaruh itu menimbulkan kemajuan atau bahkan kemunduran dalam bidang olahraga.Untuk itulah perlu pemahaman yang lebih terarah pada penekanan bagaimana memasyarakatkan olahraga agar masyarakat dapat menjadi manusia olahraga yang dapat mempunyai sifat disiplin, hidup teratur, hidup sehat serta selalu bersikap sportif terhadap semua orang tanpa memandang seseorang dari segi manapun.










DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin (1990), Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP, Jakarta: Gr.asindo.
,Bouchard, Claude,PhD (1990), Sociology and Physical Activity. Illinois: Human kineticics books
Houlihan Barrie. (2000). Teaching Physical Education: Political involvement in sport, physical education and recreation. London: Anthony Laker
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. (2009). Volume 6, no 1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY
Mutohir, C.T, 2003. Olahraga Kebijakan dan Politik Sebuah Analisis. Jakarta : Departemen Pendidikan nasional
Rudi Regobiz. Mei. 2012. Pengertian Politik dan Strategi Nasional. Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia








No comments:

Post a Comment