BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau
tidak sadar dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga akhir
hayatnya. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakeristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk yang lainya. Belajar mempunyai keuntungan,
baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu , kemampuan belajar secara
terus-menerus bias semakin meningkat kualitas hidupnya. Sedangkan bagi
masyarakat, belajar berperan penting dalam mentranmisikan budaya dan
pengetahuan dari generasi ke generasi.
Belajar adalah segenap rangkaian kegitan atau
aktivitas secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya
berupa penambahan pengertahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan
pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada
perubahan tingkah laki yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru
serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah, maka dapat dikatakan bahwa
belajarnya belum benar atau belum sempurna.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, waluapun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu hal yang objektif (aspek kognitif), juga
dapat mepengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta memeroleh keretampilan
tertentu (aspek psikomotor). Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan
satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Aktivitas pembelajaran dapat dilakukan oleh
siapa pun yang berminat, dan samapi kapan pun. Dan, pada hakikatnya, setiap
manusia sadar atau tidak adalah seorang
pembelajardlam lingkup dan caranya masing-masing. Tujuan aktivitas pembelajran
adalah agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses kognitif berupa reaksi intelektual anak atau individu
terhadap suatu kondisi belajar pada diri seseorang diperlukan lingkungan
kondusif.
Teori pendidikan, belajar, dan pembelajran
yang digagas oleh berbagai pemikir telah banyak muncul dalam sejarah umat
manusia. Nadanya sangat beragam dan variatif. Masing-masing punya kelebihan dan
kekurangan, punya kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan latar belakang diatas
penulis akan membahas salah satu teori pembelajaran dari Albert Bandura dan
implikasi teori bandura dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Riwayat
Hidup Albert Bandura..?
2. Dasar
teori dan eksperimen awal Albert Bandura…?
3. Pendekatan
teori Bandura..?
4. Implikasi
teori Bandura terdapat pembelajaran pendidikan jasmani..?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang
penulis paparkan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.
Mengetahui riwayat hidup Albert Bandura
2.
Mengetahui teori dan eksperimen awal
Albert Bandura
3.
Mengetahui pendekatan teori Bandura
4.
Mengetahui implikasi teori Bandura
terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada 4
Desember 1925, dikota Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Ia menempuh
pendidikan sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah di tempat sedehana
dengan fasilitas yang kurang, tetapi dengan hasil yang rata-rata sangat
memuaskan. Setelah SMA, dia bekerja di perusahan penggalian jalan raya Alaska
Highway di Yukon. Bandura mendapat gelar Sarjana Muda dari Universitas Colombia
tahun 1949. Kemudian, memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun
1951. Bandura lalu melanjutkan studinya dibidang psikologi klinis di Univeritas
Iowa, Amerika Serikat, dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1952.
Pada tahun
1953 bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana ia mejadi professor dalam
bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Albert Bandura sangat terkenal dengan konsep
“Teori Pembelajaran Sosial”, salah satu konsep pembelajaran yang menekankan
pada komponen kognitif dan pikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B.
Teori
dan Eksperimen Awal Albert Bandura
Bandura berpendapat bahwa belajar melalui
observasi (observational learning) mungkin ya mungkin tidak melibatkan
peniruan. Seperti contohnya, ketika kita melihat mobil yang berjalan di depan
kita terantuk lubang di jalan, kita mendapat informasi dan berdasarkan pengamatan kita, kita akan menghindari
lubang tersebut, demi menghindari kerusakan pada mobil kita.
Pada
tahun 1965, Bandura melakukan eksperimen dengan membagi kelompok anak menjadi
tiga. Anak-anak ini menyaksikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang
yang memukuli boneka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan akan
perilaku agresif tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan
ancaman pada perilaku agresif, sementara anak-anak di kelompok ketiga tidak
mendapatkan penguatan maupun ancaman pada perilaku agresif.
Anak-anak
tersebut pada akhirnya dihadapkan secara langsung pada boneka tadi. Seperti
yang telah diperkirakan sebalumnya, anak-anak di kelompok pertama berperilaku
agresif pada boneka tersebut, sementara anak-anak di kelompok kedua kurang
agresif pada boneka tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok ketiga berada
antara agresif dan kurang agresif.
Anak-anak
di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious
reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak
di kelompok kedua mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya. Meskipun
anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman secara
langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson,
1997).
C.
Pendekatan
Teori Bandura
Prinsip-prinsip umum dari teori Bandura:
1. Orang
dapat belajar dengan mengamati
perilaku dari orang lain dan hasil dari perilaku tersebut.
2. Belajar
dapat terjadi tanpa perubahan
perilaku. Para behavioris mengatakan belajar harus diwakili oleh perubahan
permanen dalam perilaku. Namun dalam teori pembelajaran sosial dikatakan bahwa
orang dapat belajar melalui observasi
sendiri, belajar mereka belum tentu ditampilkan dalam perilaku mereka.
Belajar dapat mengakibatkan perubahan perilaku atau mungkin tidak sama sekali.
3. Kognitif
berperan dalam belajar. Selama
30 tahun terakhir teori belajar sosial telah menjadi semakin mengarah ke pembelajaran kognitif dalam proses belajar.
Kesadaran dan harapan dari penguatan atau ancaman di masa mendatang dapat
menimbulkan efek yang signifikan pada perilaku tampak dari orang-orang.
Teori belajar menurut Albert
Bandura:
a. Pemodelan
yang Tertunda
Pemodelan yang tertunda ini adalah suatu momen
dimana subyek (pengamat) tidak menunjukkan hasil belajar dari pengalaman modelling
sampai suatu waktu dimana pengalaman modelling tersebut berhenti.
b. Variabel-variabel
yang Mempengaruhi Belajar
1. Proses
Atensional
Sebelum
sesuatu dapat dipelajari dari model,model itu harus diperhatikan, Bandura
menggangap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukan
bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari,jadi apa yang membuat
sesuatu itu diperhatikan, pertama kapasitas sensoris seseorang akan
mempengaruhi attentional process (proses atensional/proses memerhatikan). Jelas
stimuli modelling yang digunakan untuk mengajari orang tuna netra atau tuna
runggu akan berbeda dengan yang digunakan untuk mengajari orang yang normal
penglihatan dan pendengarannya.
Perhatian
selektif pengamat bisa dipengaruhi oleh penguatan dimasa lalu,Misalnya jika
aktivitas yang lalu dipelajari lewat observasi terbukti berguna untuk
mendapatkan suatu penguatan,maka perilaku yang sama akan diperhatikan pada
situasi modelling berikutnya,dengan kata lain penguatan sebelumnya dapat
menciptakan tata situasi perseptual dalam diri pengamat yang akan memengaruhi
observasi selanjutnya.
Berbagai
karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan
diperhatikan.Riset telah menunjukan bahwa model akan lebih sering diperhatikan
jika mereka sama dengan pengamat ( yakni,jenis kelamin sama,usianya sama,dan
sebagainya),orang yang dihormati atau memiliki status tinggi,memiliki kemampuan
lebih,dianggap kuat,dan attraktif.Secara umum,Bandura ( 1986 ) mengatakan “ (
orang ) memerhatikan model yang dianggap efektif dan mengabaikan model yang
penampilannya atau reputasinya tidak bagus....orang akan lebih memilih model
yang lebih mampu dalam meraih hasil yang bagus ketimbang model yang sering
gagal” ( h.54).
Dalam pembelajaran penjasorkes perhatian
sangat diperlukan karna berkaitan dengan belajar gerak,jika siswa kurang
perhatiannya maka gerakan yang sudah diperagakan akan salah dipraktekkan oleh
siswa hal ini mengakibatkan proses pembelajaran akan berjalan lambat.
2. Proses
Retensional
Agar
informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna,informasi itu harus
diingat atau disimpan,Bandura berpendapat bahwa retensional process (
proses retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua
cara,secara Imajinal (imajinatif) dan secara verbal.Simbol simbol yang disimpan
secara imajinatif adalah gambaran tentang hal hal yang dialami model,yang dapat
diambil dan dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi.Bandura
mengatakan bahwa perilaku setidaknya sebagian ditentukan oleh citra atau gambaran
mental tentang pengalaman dimasa lalu.
Sedangkan
secara verbal kebanyakan proses kognitif yang mengatur perilaku terutama adalah
konsepstual ketimbang imajinal,karena fleksibilitas simbol verbal yang luar
biasa,kerumitan dan kepelikan perilaku bisa ditangkap dengan baik dalam wadah
kata kata,kata kata cendrung membangkitkan citra yang terkait,dan citra dari
suatu kejadian seringkali disadari atau dipahami secara verbal.Ketika stimuli
visual dan verbal memberikan makna yang sama orang mengintegrasikan informasi
yang disajikan oleh modalitas yang berbeda ini kedalam satu representasi
konseptual umum.
Setelah informasi yang disimpan secara kognitif,ia
dapat diambil kembali,diulangi,dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar
observasional terjadi,menurut Bandura ( 1977),” Peningkatan kapasitas
simbolisasi inilah yang memampukan manusia untuk mempelajari banyak perilaku
melalui observasi” (h.25).Simbol simbol yang disimpan ini memungkinkan
terjadinya delayed modelling ( modeling yang ditunda )- yakni kemampuan
untuk menggunakan informasi lama setelah informasi itu diamati.
Dalam kaitannya dengan penjasorkes guru
harus berusaha untuk mengingatkan kembali gerakan gerakan apa yang sudah
diajarkan dan dilakukan oleh siswa atau
materi materi apa yang sudah dipelajari sebelum beranjak kepada materi
berikutnya,contohnya bila minggu sebelumnya yang dipelajari adalah pasing bawah
dalam permainan bola voli maka sebelum dilanjutkan pada materi pasing atas
siswa diminta untuk mengulang kembali gerakan pasing bawah yang sudah diajarkan
pada pertemuan sebelumnya.
3. Proses
Pembentukan Perilaku
Behavioral
production process ( proses pembentukan perilaku) menentukan sejauh mana hal
hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan kedalam tindakan atau
performa,Seseorang mungkin sudah belajar,lewat pengamatan atas monyet,cara
melompat cara melompat bergelantungan dari satu pohon kepohon lainnya dengan
menggunakan ekor , namun ia jelas tidak akan meniru perilaku simonyet itu
karena orang tak punya ekor.Dengan kata lain seseorang mungkin mempelajari
sesuatu secara kognitif namun dia tak mampu menerjemahkan informasi itu kedalam
perilaku karena ada keterbatasan,misalnya perangkat gerak otot yang dibutuhkan
untuk respons tertentu tidak tersedia atau karena orang belum
dewasa,cedera,atau sakit parah.
Bandura
berpendapat bahwa jika seseorang diperlengkapi dengan semua aparatus fisik
untuk memberikan respon yang tepat,dibutuhkan satu periode rehearsal ( latihan repitisi ) kognitif sebelum perilaku pengamat
menyamai perilaku model.Menurut Bandura,simbol yang didapat dari modeling akan bertindak sebagai template (“cekatan”) sebagai
perbandingan tindakan.selama proses latihan ini individu mengamati perilaku
mereka sendiri dan membandingkannya dengan reprensentasi kognitif dari
pengalaman simodel.Setiap diskrepansi antara perilaku seseorang itu dengan
perilaku model akan menimbulkan tindakan korektif.proses ini terus berlangsung
sampai ada kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku pengamat dan model
.Jadi,retensi simbolis atas pengalaman modeling
akan menciptakan lingkaran “ umpan balik “ yang dapat dipakai secara
gradual untuk menyamakan perilaku seseorang dengan perilaku model,dengan
menggunakan observasi diri dan koreksi diri.
Dalam
pembelajaran penjasorkes siswa yang terampil karena sudah lebih dulu dibina di
club akan selalu digunakan gurunya untuk memberikan contoh sekaligus menjadi
model bagi teman temannya untuk saling mengoreksi diri masing masing.
4. Proses
Motivasional
Dalam teori
bandura,penguatan memiliki dua fungsi utama.Pertama,ia menciptakan ekspektasi
dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak seperti model yang dilihatnya
diperkuat untuk aktivitas tertentu,maka mereka akan diperkuat juga.kedua,ia
bertindak sebagai insentif untuk menerjemahkan belajar ke kinerja.Seperti telah
kita lihat diatas,apa yang dipelajari melalui observasi akan tetap tersimpan
sampai sipengamat itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu.Kedua funsi
penguatan itu adalah fungsi informasional.
Satu fungsi menimbulkan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka
bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu,mereka mungkin akan
diperkuat.Fungsi lainnya,Motivasional
processes ( proses motivasional ) menyediakan motif untuk menggunakan apa
apa yang telah dipelajari.
Menurut Bandura
pembelajaran memperoleh informasi lewat pengamatan terhadap konsekwensi
perilaku sendiri atau perilaku orang lain informasi yang diperoleh lewat observasi ini dapat digunakan dalam berbagai
macam situasi jika ia membutuhkannya.Karena tindakan diri sendiri atau orang
lain menghasilkan penguatan atau menghindarkannya dari hukuman adalah bersifat
fungsional,maka tindakan tindakan itulah yang cenderung akan diamati dan
disimpan dalam memori untuk dipakai diwaktu mendatang.Berbekal informasi yang
diperoleh dari pengamatan terdahulu seorang individu akan memperkirakan bahwa
jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu ,maka akan
muncul konsekwensi tertentu.dengan cara itu perkiraan konsekwensi itu akan
setidaknya sebagian menentukan perilaku dalam situasi tertentu.Tetapi perlu
dicatat bahwa konsekwensi environmentalyang
diantisipasi ini bukan satu satunya penentu perilaku,perilaku sebagian juga
dipengaruhi oleh perkiraan reaksi – diri,
yang ditentukan oleh standar performa dan tindakan seseorang dan oleh
pandangannya tentang kemampuan atau kecakapan dirinya.
Dalam penjasorkes ini berkaitan dengan penampilan guru dalam
memberikan pelajaran apabila guru tidak kompoten memberikan contoh gerakan maka hal tersebut
dapat mengurangi motivasi siswa dalam menerima pelajaran namun sebaliknya jika
guru berkopeten dalam memberikan contoh gerakan maka hal tersebut dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.contoh gerakan dalam pelajaran bola basket
pada saat melakukan shot dua angka atau tiga angka jika dalam memberikan contoh
gerakan tersebut dari 10 kali melakukan shot tidak ada yang masuk hal ini dapat
menurunkan motivasi siswa dalam melakukan gerakan shot tersebut.
Ringkasnya, kita
dapat mengatakan bahwa belajar observasional dilakukan dengan melibatkan atensi
(perhatian) retensi (pengingat, penyimpanan),kemampuan behavorial, dan
insentif. Maka dari itu, jika belajar observasional tidak terjadi ,itu bisa
lantaran pengamat tidak mengamati aktivitas model yang relevan, tidak
mengingatnya,secara tak bisa melakukannya, atau karena tidak punya inesiatif
yang pas untuk melakukannya
Sebab-sebab munculnya
pemrosesan kognitif yang salah:
1. Anak
mengevaluasi penampilan
Anak-anak
cenderung untuk melihat dari penampilan. Pada perkembangannya, melihat
berdasarkan penampilan ini bisa memunculkan perilaku yang salah. Misalnya
ketika seseorang melihat pria yang kekar, berwajah sangar, dan bertato, orang
tersebut bisa saja berperilaku waspada atau menjauhi, atau bahkan takut, karena berdasarkan
penampilannya, pria tadi tampak seperti preman.
2. Pemikiran
keliru karena salah informasi dan bukti yang tidak mencukupi
Seseorang
terkadang berperilaku salah karena dia salah mempersepsi suatu hal, bisa
disebabkan oleh informasi yang salah ataupun bukti terhadap suatu hal yang
tidak cukup. Contohnya, kita mendengar gosip bahwa teman sekelas kita adalah
seorang pencuri, kita akan menjauhi teman tersebut, membencinya, atau bahkan
mencurigainya (informasi yang salah). Gosip tersebut juga beredar karena bukti
belum cukup, tapi orang sudah berperilaku mencurigai duluan.
3. Pemrosesan
informasi yang keliru
Seseorang
terkadang percaya orang lain begini atau begitu, dan itu mempengaruhi
persepsinya terhadap orang lain. Misalnya, seseorang percaya bahwa petani itu
bodoh, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa setiap petani yang dia temui
adalah bodoh.
D.
Implikasi
Teori Bandura Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Teori
Bandura mengandung banyak implikasi bagi Pendidikan, tidak terkecuali Pendidikan
jasmani, Bandura mempercayai bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui
pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tak langsung lewat observasi, hal
ini bisa terjadi dalam pendidikan jasmani sehubungan dengan banyaknya kejuaraan
atau pertandingan pertandingan yang dilaksanakan,bandura juga percaya bahwa
model akan amat efektif jika dilihat sebagai memiliki kehormatan, kompetensi, status
tinggi, atau kekuasaan. Jadi dalam kebanyakan proses belajar mengajar guru
Pendidikan Jasmani dapat menjadi model yang berpengaruh melalui
perencanaan,dapat menjadi model yang baik dalam pemberian contoh atau suatu
keahlian,bagaimana strategi pemecahan masalah,standart performa,aturan dan
prinsip umum serta kreatifitas.
Guru
pendidikan jasmani dapat menjadi model tindakan,yang akan diinternalisasikan
siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri. Misalnya: standar yang telah
diinternalisasi ini akan menjadi basis untuk kritik diri atau
penghargaan diri.Ketika siswa bertindak sesuai dengan standart
mereka,pengalaman ini akan diperkuat. Ketika tindakannya tidak memenuhi
standar, pengalaman itu akan dihukum, jadi menurut Bandura penguatan eksrinsik
justru bisa jadi mereduksi motivasi belajar siswa pencapaian tujuan personal
juga bisa menguatkan,dan karenanya guru sebaiknya membantu siswa merusmuskan
tujuan yang tidak terlalu sulit atau tak terlalu mudah untuk dicapai. Formulasi
ini,tentu saja,perlu dirumuskan secara individual untuk masing masing siswa.
Bandura
menyatakan bahwa siswa mempelajari apa-apa yang mereka amati adalah pernyataan
yang terlalu menyederhanakan karena belajar observasional diatur oleh empat
variabel yang harus diperhatikan oleh guru, termasuk guru pendidikan jasmani diantaranya adalah:
1. Proses
atensional ( perhatian)
Proses atensional ( perhatian) akan menentukan apa
yang diamati oleh peserta,dan proses itu akan bervariasi seiring dengan
pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya,bahkan jika sesuatu diperhatikan
dan dipelajari,sesuatu itu harus dipertahankan atau disimpan dan diingat untuk
dipakai nanti,oleh karena itu diharapkan
guru penjasorkes memberikan pembelajaran yang menyenangkan
siswa sehingga perhatian siswa dalam pembelajaran semakin baik.
2. Proses
retensi ( mengingat kembali )
Proses retensi ( mengingat kembali ) retensi
sebagian besar ditentukan oleh kemampuan verbal seseorang.Jadi guru harus
mempertimbangkan kemampuan verbal siswa saat akan merencanakan modeling . Bahkan jika sesuatu itu
diperhatikan dan telah disimpan ,siswa mungkin tidak punya ketrampilan motor
yang dibutuhkan untuk memproduksi ketrampilan yang telah dipelajari
tersebut.dalam kaiatannya dengan guru penjasorkes dapat memberikan contoh gerakan yang benar
dan jelas serta berulang ulang dicoba oleh siswa agar gerakannya dapat diingat
dan dilakukan dengan.
3. Reproduksi
Dalam tahapan ini siswa yang telah memberikan
perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali gerakan yang
telah ditampilkan oleh gurunya akan mencoba menirukan atau mempraktekkan
gerakan yang telah dilakukan oleh guru.dengan demikian guru penjasorkes
membiasakan siswa untuk melakukan gerakan gerakan yang sudah diajarkansambil
memberikan perbaikan perbaikan yang mengarah pada gerakan yang sempurna.
4. Insentif
( dorongan/motivasi )
Guru harus mengetahui proses motivasional, pada poin
ini penguatan ekstrinsik mungkin ada gunanya , misalkan , siswa mungkin mau
menunjukan apa yang telah mereka pelajari jika mereka diberi nilai,tanda
jasa,pujian atau penghargaan oleh guru,dengan demikian guru penjasorkes
yang selalu memberikan motivasi pada siswa agar siswa tidak merasa
minder dan tetap mau untuk melakukan gerakan gerakan dalam pembelajaran
penjasorkes.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori Bandura dinamakan teori kognitif sosial karena
ia menekankan fakta bahwa hamper semua informasi kita peroleh dari interaksi
kita dengan orang lain. Kerena teori Bandura menekankan pada proses kognitif
seperti bahasa dan memori, karena efektif sebagai pedoman dalam praktik
psikoterapi, karena implikasinya yang mendalam bagi pengasuhan anak dan praktik
pendidikan, dan karena kemampuannya untuk memicu riset baru.
Dalam proses
pembelajaran Penjasorkes penerapan Teori Bandura dimungkinkan, ini berkaitan dengan
pembelajaran dengan pengamatan, karena dalam penjasorkes aspek afektif,
kognitif dan psikomotor sangat berperan. Tiga hal tersebut dapat terwujud jika
Guru Penjasorkes bisa menjadi
modeling yang baik bagi siswa sehingga
proses pembelajaran yang diharapkan oleh bendura dapat terlaksana. Guru
penjasorkes bisa menerapkan proses Retensional, Retensi, Reproduksi,Intensif
dengan baik kepada siswa sehingga siswa tertarik dan senang dalam proses belajar
mengajar,agar dalam proses pembelajaran aspek afektif,kognitif dan
psikomotor dapat terwujud.
B.
Saran
Penggunaan dan pemilihan teori-teori
belajar harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga teori
tersebut dapat diimplikasikan ke dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Cara yang tepat dalam penggunaan teori
yang ada harus sesuai petunjuk mengenai pendekatan yang sudah ada untuk
mempelajari proses belajar, selanjutnya memilih salah satu pendekatan yang
memuaskan dan berkonsentrasi pada pendekatan itu. Apabila teori yang sudah ada
tidak sesuai dengan pembelajaran, diharapkan dapat menyusun dan mengembangkan
teori sendiri sesuai kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hergenhahn,
B.R & Olson, Matthew H (2008) Theories Of Learning : Edisi
Ketujuh. Jakarta : Kencana-Prenada Media Group.
http:// wayanpertiwidkk.blogspot.com/2012/03/09/teori-albert-bandura-ed/.html
Rahyubi, Heri. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung:
Nusa Media.
No comments:
Post a Comment