Sponsor

Sunday, 17 November 2013

PROSES PEMBELAJARAN TEORI BANDURA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak sadar dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga akhir hayatnya. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakeristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu , kemampuan belajar secara terus-menerus bias semakin meningkat kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar berperan penting dalam mentranmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.
Belajar adalah segenap rangkaian kegitan atau aktivitas secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengertahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laki yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah, maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum benar atau belum sempurna.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, waluapun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu hal yang objektif (aspek kognitif), juga dapat mepengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta memeroleh keretampilan tertentu (aspek psikomotor). Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Aktivitas pembelajaran dapat dilakukan oleh siapa pun yang berminat, dan samapi kapan pun. Dan, pada hakikatnya, setiap manusia  sadar atau tidak adalah seorang pembelajardlam lingkup dan caranya masing-masing. Tujuan aktivitas pembelajran adalah agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses kognitif berupa reaksi intelektual anak atau individu terhadap suatu kondisi belajar pada diri seseorang diperlukan lingkungan kondusif.
Teori pendidikan, belajar, dan pembelajran yang digagas oleh berbagai pemikir telah banyak muncul dalam sejarah umat manusia. Nadanya sangat beragam dan variatif. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, punya kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan membahas salah satu teori pembelajaran dari Albert Bandura dan implikasi teori bandura dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Riwayat Hidup Albert Bandura..?
2.      Dasar teori dan eksperimen awal Albert Bandura…?
3.      Pendekatan teori Bandura..?
4.      Implikasi teori Bandura terdapat pembelajaran pendidikan jasmani..?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis paparkan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui riwayat hidup Albert Bandura
2.      Mengetahui teori dan eksperimen awal Albert Bandura
3.      Mengetahui pendekatan teori Bandura
4.      Mengetahui implikasi teori Bandura terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925, dikota Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Ia menempuh pendidikan sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah di tempat sedehana dengan fasilitas yang kurang, tetapi dengan hasil yang rata-rata sangat memuaskan. Setelah SMA, dia bekerja di perusahan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon. Bandura mendapat gelar Sarjana Muda dari Universitas Colombia tahun 1949. Kemudian, memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951. Bandura lalu melanjutkan studinya dibidang psikologi klinis di Univeritas Iowa, Amerika Serikat, dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1952.
Pada tahun 1953 bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana ia mejadi professor dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Albert Bandura sangat terkenal dengan konsep “Teori Pembelajaran Sosial”, salah satu konsep pembelajaran yang menekankan pada komponen kognitif dan pikiran, pemahaman, dan evaluasi.

B.     Teori dan Eksperimen Awal Albert Bandura
 Bandura berpendapat bahwa belajar melalui observasi (observational learning) mungkin ya mungkin tidak melibatkan peniruan. Seperti contohnya, ketika kita melihat mobil yang berjalan di depan kita terantuk lubang di jalan, kita mendapat informasi dan berdasarkan pengamatan kita, kita akan menghindari lubang tersebut, demi menghindari kerusakan pada mobil kita.
Pada tahun 1965, Bandura melakukan eksperimen dengan membagi kelompok anak menjadi tiga. Anak-anak ini menyaksikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang yang memukuli boneka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan akan perilaku agresif tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pada perilaku agresif, sementara anak-anak di kelompok ketiga tidak mendapatkan penguatan maupun ancaman pada perilaku agresif.
Anak-anak tersebut pada akhirnya dihadapkan secara langsung pada boneka tadi. Seperti yang telah diperkirakan sebalumnya, anak-anak di kelompok pertama berperilaku agresif pada boneka tersebut, sementara anak-anak di kelompok kedua kurang agresif pada boneka tersebut, sedangkan anak-anak di kelompok ketiga berada antara agresif dan kurang agresif.
Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya. Meskipun anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson, 1997).

C.    Pendekatan Teori Bandura
Prinsip-prinsip umum dari teori Bandura:
1.      Orang dapat belajar dengan mengamati perilaku dari orang lain dan hasil dari perilaku tersebut.

2.      Belajar dapat terjadi tanpa perubahan perilaku. Para behavioris mengatakan belajar harus diwakili oleh perubahan permanen dalam perilaku. Namun dalam teori pembelajaran sosial dikatakan bahwa orang dapat belajar melalui observasi sendiri, belajar mereka belum tentu ditampilkan dalam perilaku mereka. Belajar dapat mengakibatkan perubahan perilaku atau mungkin tidak sama sekali.

3.      Kognitif berperan dalam belajar. Selama 30 tahun terakhir teori belajar sosial telah menjadi semakin mengarah ke pembelajaran kognitif dalam proses belajar. Kesadaran dan harapan dari penguatan atau ancaman di masa mendatang dapat menimbulkan efek yang signifikan pada perilaku tampak dari orang-orang.
Teori belajar menurut Albert Bandura:
a.       Pemodelan yang Tertunda
Pemodelan yang tertunda ini adalah suatu momen dimana subyek (pengamat) tidak menunjukkan hasil belajar dari pengalaman modelling sampai suatu waktu dimana pengalaman modelling tersebut berhenti.

b.      Variabel-variabel yang Mempengaruhi Belajar
1.      Proses Atensional
Sebelum sesuatu dapat dipelajari dari model,model itu harus diperhatikan, Bandura menggangap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari,jadi apa yang membuat sesuatu itu diperhatikan, pertama kapasitas sensoris seseorang akan mempengaruhi attentional process (proses atensional/proses memerhatikan). Jelas stimuli modelling yang digunakan untuk mengajari orang tuna netra atau tuna runggu akan berbeda dengan yang digunakan untuk mengajari orang yang normal penglihatan dan pendengarannya.
Perhatian selektif pengamat bisa dipengaruhi oleh penguatan dimasa lalu,Misalnya jika aktivitas yang lalu dipelajari lewat observasi terbukti berguna untuk mendapatkan suatu penguatan,maka perilaku yang sama akan diperhatikan pada situasi modelling berikutnya,dengan kata lain penguatan sebelumnya dapat menciptakan tata situasi perseptual dalam diri pengamat yang akan memengaruhi observasi selanjutnya.
Berbagai karakteristik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan diperhatikan.Riset telah menunjukan bahwa model akan lebih sering diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat ( yakni,jenis kelamin sama,usianya sama,dan sebagainya),orang yang dihormati atau memiliki status tinggi,memiliki kemampuan lebih,dianggap kuat,dan attraktif.Secara umum,Bandura ( 1986 ) mengatakan “ ( orang ) memerhatikan model yang dianggap efektif dan mengabaikan model yang penampilannya atau reputasinya tidak bagus....orang akan lebih memilih model yang lebih mampu dalam meraih hasil yang bagus ketimbang model yang sering gagal” ( h.54).
Dalam pembelajaran penjasorkes perhatian sangat diperlukan karna berkaitan dengan belajar gerak,jika siswa kurang perhatiannya maka gerakan yang sudah diperagakan akan salah dipraktekkan oleh siswa hal ini mengakibatkan proses pembelajaran akan berjalan lambat.

2.      Proses Retensional
Agar informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna,informasi itu harus diingat atau disimpan,Bandura berpendapat bahwa retensional process ( proses retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara,secara Imajinal (imajinatif) dan secara verbal.Simbol simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang hal hal yang dialami model,yang dapat diambil dan dilaksanakan lama sesudah belajar observasional terjadi.Bandura mengatakan bahwa perilaku setidaknya sebagian ditentukan oleh citra atau gambaran mental tentang pengalaman dimasa lalu.
Sedangkan secara verbal kebanyakan proses kognitif yang mengatur perilaku terutama adalah konsepstual ketimbang imajinal,karena fleksibilitas simbol verbal yang luar biasa,kerumitan dan kepelikan perilaku bisa ditangkap dengan baik dalam wadah kata kata,kata kata cendrung membangkitkan citra yang terkait,dan citra dari suatu kejadian seringkali disadari atau dipahami secara verbal.Ketika stimuli visual dan verbal memberikan makna yang sama orang mengintegrasikan informasi yang disajikan oleh modalitas yang berbeda ini kedalam satu representasi konseptual umum.
Setelah  informasi yang disimpan secara kognitif,ia dapat diambil kembali,diulangi,dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi,menurut Bandura ( 1977),” Peningkatan kapasitas simbolisasi inilah yang memampukan manusia untuk mempelajari banyak perilaku melalui observasi” (h.25).Simbol simbol yang disimpan ini memungkinkan terjadinya delayed modelling ( modeling yang ditunda )- yakni kemampuan untuk menggunakan informasi lama setelah informasi itu diamati.
Dalam kaitannya dengan penjasorkes guru harus berusaha untuk mengingatkan kembali gerakan gerakan apa yang sudah diajarkan dan dilakukan oleh siswa atau  materi materi apa yang sudah dipelajari sebelum beranjak kepada materi berikutnya,contohnya bila minggu sebelumnya yang dipelajari adalah pasing bawah dalam permainan bola voli maka sebelum dilanjutkan pada materi pasing atas siswa diminta untuk mengulang kembali gerakan pasing bawah yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

3.      Proses Pembentukan Perilaku
Behavioral production process ( proses pembentukan perilaku) menentukan sejauh mana hal hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan kedalam tindakan atau performa,Seseorang mungkin sudah belajar,lewat pengamatan atas monyet,cara melompat cara melompat bergelantungan dari satu pohon kepohon lainnya dengan menggunakan ekor , namun ia jelas tidak akan meniru perilaku simonyet itu karena orang tak punya ekor.Dengan kata lain seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak mampu menerjemahkan informasi itu kedalam perilaku karena ada keterbatasan,misalnya perangkat gerak otot yang dibutuhkan untuk respons tertentu tidak tersedia atau karena orang belum dewasa,cedera,atau sakit parah.
Bandura berpendapat bahwa jika seseorang diperlengkapi dengan semua aparatus fisik untuk memberikan respon yang tepat,dibutuhkan satu periode rehearsal ( latihan repitisi ) kognitif sebelum perilaku pengamat menyamai perilaku model.Menurut Bandura,simbol yang didapat dari modeling akan bertindak sebagai template (“cekatan”) sebagai perbandingan tindakan.selama proses latihan ini individu mengamati perilaku mereka sendiri dan membandingkannya dengan reprensentasi kognitif dari pengalaman simodel.Setiap diskrepansi antara perilaku seseorang itu dengan perilaku model akan menimbulkan tindakan korektif.proses ini terus berlangsung sampai ada kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku pengamat dan model .Jadi,retensi simbolis atas pengalaman modeling akan menciptakan lingkaran “ umpan balik “ yang dapat dipakai secara gradual untuk menyamakan perilaku seseorang dengan perilaku model,dengan menggunakan observasi diri dan koreksi diri.
Dalam pembelajaran penjasorkes siswa yang terampil karena sudah lebih dulu dibina di club akan selalu digunakan gurunya untuk memberikan contoh sekaligus menjadi model bagi teman temannya untuk saling mengoreksi diri masing masing.

4.      Proses Motivasional
Dalam teori bandura,penguatan memiliki dua fungsi utama.Pertama,ia menciptakan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak seperti model yang dilihatnya diperkuat untuk aktivitas tertentu,maka mereka akan diperkuat juga.kedua,ia bertindak sebagai insentif untuk menerjemahkan belajar ke kinerja.Seperti telah kita lihat diatas,apa yang dipelajari melalui observasi akan tetap tersimpan sampai sipengamat itu punya alasan untuk menggunakan informasi itu.Kedua funsi penguatan itu adalah fungsi informasional. Satu fungsi menimbulkan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu,mereka mungkin akan diperkuat.Fungsi lainnya,Motivasional processes ( proses motivasional ) menyediakan motif untuk menggunakan apa apa yang telah dipelajari.
Menurut Bandura pembelajaran memperoleh informasi lewat pengamatan terhadap konsekwensi perilaku sendiri atau perilaku orang lain informasi yang diperoleh lewat  observasi ini dapat digunakan dalam berbagai macam situasi jika ia membutuhkannya.Karena tindakan diri sendiri atau orang lain menghasilkan penguatan atau menghindarkannya dari hukuman adalah bersifat fungsional,maka tindakan tindakan itulah yang cenderung akan diamati dan disimpan dalam memori untuk dipakai diwaktu mendatang.Berbekal informasi yang diperoleh dari pengamatan terdahulu seorang individu akan memperkirakan bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu ,maka akan muncul konsekwensi tertentu.dengan cara itu perkiraan konsekwensi itu akan setidaknya sebagian menentukan perilaku dalam situasi tertentu.Tetapi perlu dicatat bahwa konsekwensi environmentalyang diantisipasi ini bukan satu satunya penentu perilaku,perilaku sebagian juga dipengaruhi oleh perkiraan reaksi – diri, yang ditentukan oleh standar performa dan tindakan seseorang dan oleh pandangannya tentang kemampuan atau kecakapan dirinya.
Dalam penjasorkes  ini berkaitan dengan penampilan guru dalam memberikan pelajaran apabila guru tidak kompoten  memberikan contoh gerakan maka hal tersebut dapat mengurangi motivasi siswa dalam menerima pelajaran namun sebaliknya jika guru berkopeten dalam memberikan contoh gerakan maka hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.contoh gerakan dalam pelajaran bola basket pada saat melakukan shot dua angka atau tiga angka jika dalam memberikan contoh gerakan tersebut dari 10 kali melakukan shot tidak ada yang masuk hal ini dapat menurunkan motivasi siswa dalam melakukan gerakan shot tersebut.
Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa belajar observasional dilakukan dengan melibatkan atensi (perhatian) retensi (pengingat, penyimpanan),kemampuan behavorial, dan insentif. Maka dari itu, jika belajar observasional tidak terjadi ,itu bisa lantaran pengamat tidak mengamati aktivitas model yang relevan, tidak mengingatnya,secara tak bisa melakukannya, atau karena tidak punya inesiatif yang pas untuk melakukannya
Sebab-sebab munculnya pemrosesan kognitif yang salah:
1.      Anak mengevaluasi penampilan
Anak-anak cenderung untuk melihat dari penampilan. Pada perkembangannya, melihat berdasarkan penampilan ini bisa memunculkan perilaku yang salah. Misalnya ketika seseorang melihat pria yang kekar, berwajah sangar, dan bertato, orang tersebut bisa saja berperilaku waspada atau menjauhi, atau  bahkan takut, karena berdasarkan penampilannya, pria tadi tampak seperti preman.
2.      Pemikiran keliru karena salah informasi dan bukti yang tidak mencukupi
Seseorang terkadang berperilaku salah karena dia salah mempersepsi suatu hal, bisa disebabkan oleh informasi yang salah ataupun bukti terhadap suatu hal yang tidak cukup. Contohnya, kita mendengar gosip bahwa teman sekelas kita adalah seorang pencuri, kita akan menjauhi teman tersebut, membencinya, atau bahkan mencurigainya (informasi yang salah). Gosip tersebut juga beredar karena bukti belum cukup, tapi orang sudah berperilaku mencurigai duluan.

3.      Pemrosesan informasi yang keliru
Seseorang terkadang percaya orang lain begini atau begitu, dan itu mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain. Misalnya, seseorang percaya bahwa petani itu bodoh, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa setiap petani yang dia temui adalah bodoh.

D.    Implikasi Teori Bandura Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Teori Bandura mengandung banyak implikasi bagi Pendidikan, tidak terkecuali Pendidikan jasmani, Bandura mempercayai bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tak langsung lewat observasi, hal ini bisa terjadi dalam pendidikan jasmani sehubungan dengan banyaknya kejuaraan atau pertandingan pertandingan yang dilaksanakan,bandura juga percaya bahwa model akan amat efektif jika dilihat sebagai memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi, atau kekuasaan. Jadi dalam kebanyakan proses belajar mengajar guru Pendidikan Jasmani dapat menjadi model yang berpengaruh melalui perencanaan,dapat menjadi model yang baik dalam pemberian contoh atau suatu keahlian,bagaimana strategi pemecahan masalah,standart performa,aturan dan prinsip umum serta kreatifitas.
Guru pendidikan jasmani dapat menjadi model tindakan,yang akan diinternalisasikan siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri. Misalnya: standar yang telah diinternalisasi  ini akan    menjadi basis untuk kritik diri atau penghargaan diri.Ketika siswa bertindak sesuai dengan standart mereka,pengalaman ini akan diperkuat. Ketika tindakannya tidak memenuhi standar, pengalaman itu akan dihukum, jadi menurut Bandura penguatan eksrinsik justru bisa jadi mereduksi motivasi belajar siswa pencapaian tujuan personal juga bisa menguatkan,dan karenanya guru sebaiknya membantu siswa merusmuskan tujuan yang tidak terlalu sulit atau tak terlalu mudah untuk dicapai. Formulasi ini,tentu saja,perlu dirumuskan secara individual untuk masing masing siswa.
Bandura menyatakan bahwa siswa mempelajari apa-apa yang mereka amati adalah pernyataan yang terlalu menyederhanakan karena belajar observasional diatur oleh empat variabel yang harus diperhatikan oleh guru, termasuk guru  pendidikan jasmani diantaranya adalah:
1.      Proses atensional ( perhatian)
Proses atensional ( perhatian) akan menentukan apa yang diamati oleh peserta,dan proses itu akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya,bahkan jika sesuatu diperhatikan dan dipelajari,sesuatu itu harus dipertahankan atau disimpan dan diingat untuk dipakai nanti,oleh karena itu diharapkan  guru  penjasorkes  memberikan pembelajaran yang menyenangkan siswa sehingga perhatian siswa dalam pembelajaran semakin baik.
2.      Proses retensi ( mengingat kembali )
Proses retensi ( mengingat kembali ) retensi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan verbal seseorang.Jadi guru harus mempertimbangkan kemampuan verbal siswa saat akan merencanakan modeling . Bahkan jika sesuatu itu diperhatikan dan telah disimpan ,siswa mungkin tidak punya ketrampilan motor yang dibutuhkan untuk memproduksi ketrampilan yang telah dipelajari tersebut.dalam kaiatannya dengan guru penjasorkes  dapat memberikan contoh gerakan yang benar dan jelas serta berulang ulang dicoba oleh siswa agar gerakannya dapat diingat dan dilakukan dengan.
3.      Reproduksi
Dalam tahapan ini siswa yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali gerakan yang telah ditampilkan oleh gurunya akan mencoba menirukan atau mempraktekkan gerakan yang telah dilakukan oleh guru.dengan demikian guru penjasorkes membiasakan siswa untuk melakukan gerakan gerakan yang sudah diajarkansambil memberikan perbaikan perbaikan yang mengarah pada gerakan yang sempurna.
4.      Insentif ( dorongan/motivasi )
Guru harus mengetahui proses motivasional, pada poin ini penguatan ekstrinsik mungkin ada gunanya , misalkan , siswa mungkin mau menunjukan apa yang telah mereka pelajari jika mereka diberi nilai,tanda jasa,pujian atau penghargaan oleh guru,dengan demikian guru  penjasorkes  yang selalu memberikan motivasi pada siswa agar siswa tidak merasa minder dan tetap mau untuk melakukan gerakan gerakan dalam pembelajaran penjasorkes.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori Bandura dinamakan teori kognitif sosial karena ia menekankan fakta bahwa hamper semua informasi kita peroleh dari interaksi kita dengan orang lain. Kerena teori Bandura menekankan pada proses kognitif seperti bahasa dan memori, karena efektif sebagai pedoman dalam praktik psikoterapi, karena implikasinya yang mendalam bagi pengasuhan anak dan praktik pendidikan, dan karena kemampuannya untuk memicu riset baru.
Dalam proses pembelajaran Penjasorkes penerapan Teori Bandura  dimungkinkan, ini berkaitan dengan pembelajaran dengan pengamatan, karena dalam penjasorkes aspek afektif, kognitif dan psikomotor sangat berperan. Tiga hal tersebut dapat terwujud  jika  Guru Penjasorkes  bisa menjadi modeling yang baik bagi siswa sehingga  proses pembelajaran yang diharapkan oleh bendura dapat terlaksana. Guru penjasorkes bisa menerapkan proses Retensional, Retensi, Reproduksi,Intensif dengan baik  kepada siswa  sehingga siswa  tertarik dan senang dalam proses belajar mengajar,agar dalam proses pembelajaran aspek afektif,kognitif dan psikomotor  dapat terwujud.

B.     Saran
Penggunaan dan pemilihan teori-teori belajar harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga teori tersebut dapat diimplikasikan ke dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Cara yang tepat dalam penggunaan teori yang ada harus sesuai petunjuk mengenai pendekatan yang sudah ada untuk mempelajari proses belajar, selanjutnya memilih salah satu pendekatan yang memuaskan dan berkonsentrasi pada pendekatan itu. Apabila teori yang sudah ada tidak sesuai dengan pembelajaran, diharapkan dapat menyusun dan mengembangkan teori sendiri sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R & Olson, Matthew H (2008) Theories Of Learning : Edisi   Ketujuh. Jakarta : Kencana-Prenada Media Group.

http:// wayanpertiwidkk.blogspot.com/2012/03/09/teori-albert-bandura-ed/.html

Rahyubi, Heri. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.




No comments:

Post a Comment