BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Olahraga sudah menjadi kebutuhan
bagi setiap orang. Bukti nyata, banyaknya bermunculan pusat-pusat olahraga
serta dipenuhinya fasilitas umum olahraga oleh masyarakat yang ingin
berolahraga. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya sekedar kebutuhan,
namun sudah menjadi gaya hidup. Pada umumnya orang yang melakukan olahraga
untuk menjaga kebugaran serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga
orang yang melakukannya karena hobi ataupun mencari prestasi dibidangnya.
Pada perkembangannya, banyak
masyarakat melakukan olahraga yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Olahraga semacam ini dapat diartikan sebagai olahraga kesehatan.
Olahraga kesehatan memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu intensitas
serta bebannya homogen, submaximal,
serta tidak boleh ada unsur kompetisi didalamnya. Manfaat melakukan
olahraga secara teratur dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan
telah diinformasikan secara luas dalam berbagai artikel kesehatan maupun
artikel populer serta jurnal-jurnal kesehatan. Diantara manfaat itu antara
lain, olahraga dapat mencegah obesitas, diabetes mellitus, hyperlipidemia,
stroke, dan hipertensi.
Latihan dalam olahraga sangat erat berhubungan dengan kardiovaskuler. Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Latihan dalam olahraga sangat erat berhubungan dengan kardiovaskuler. Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam memahami sistem sirkulasi
jantung, semua perlu memahami anatomi fisiologi yang ada pada jantung sehingga
mampu memahami berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardiovaskuler
yang terkait dengan latihan olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem kardiovaskuler merupakan
organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh
darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh
jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskuler
memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai
darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah
tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan
otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Jantung
Jantung adalah sebuah rongga organ
berotot yang memompa darah ke pembuluh darah dengan berirama yang berulang. Jantung
merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunanya sama dengan otot serat
lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan/
bekerja secaara tak sadar (dipengaruhi oleh susunan syaraf otonom). Jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut
juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing disebut apeks kordis. Jantung
terletak didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), di
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan
pangkalnya terdapat dibelakang bagian kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae, pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut
Iktus Kordis. Jantung berukuran lebih kurang sebesar kepalan tangan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram. Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu serambi kiri (atrium
sinistra), serambi kanan (atrium dekstra), bilik kiri (ventrikel sinistra),
bilik kanan (ventrikel dekstra).
Pada jantung terdapat katup yang
berfungsi mencegah darah kembali saat terjadi kontraksi yaitu:
1. Valvula
trikuspidalis: mencegah darah yang berada pada ventrikel dekstra kembali ke
atrium dekstra
2. Valvula
bikuspidalis: mencegah darah yang berada pada ventrikel sinistra kembali ke
atrium sinistra pada saat terjadi kontraksi .
3. Valvula
semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara venrtikel dekstra dengan arteri
pulmonalis.
4. Valvula
semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta.
Jantung sama dengan sel jaringan
organ lainnya, sel jantung juga memerlukan energi untuk menjalankan fungsinya. Arteri
coronaria adalah pembulu
darah
yang menyuplai darah kejantung, untuk memenuhi kebutuhan jantung.
Mekanisme Jantung
Jantung adalah motor dari system
peredaran darah, Jantung berfungsi mengedarkan darah ke seluruh tubuh, membawa
oksigen dan zat gizi ke semua jaringan tubuh dan mengangkut semua zat buangan
untuk dikeluarkan dari tubuh. Jantung merupakan organ berongga dan berotot yang
memompa semua darah; sekitar 4-5 liter; ke seluruh tubuh sekitar satu putaran
per menit. Darah mengalir melalui jaringan pembuluh yang mencapai semua bagian
tubuh. Arteri membawa darah dari jantung ke pembuluh-¬pembuluh yang lebih
kecil, lalu ke kapiler-kapiler, dan kemudian berbalik memasuki jaringan vena,
yang membawa darah kembali ke jantung.
Jantung organ yang paling vital. Tanpa henti memompa oksigen dan nutrisi melalui darah ke seluruh tubuh. Jantung kita berdetak 100 ribu kali per hari atau memompa sekitar 2000 galon per hari. Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung organ tubuh.
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode:
Jantung organ yang paling vital. Tanpa henti memompa oksigen dan nutrisi melalui darah ke seluruh tubuh. Jantung kita berdetak 100 ribu kali per hari atau memompa sekitar 2000 galon per hari. Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung organ tubuh.
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode:
1. Periode
konstriksi (systole)
Suatu
keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.
2. Periode
dilatasi (diastole)
Suatu
keadaan dimana jantung mengembang.
3. Periode
istirahat
Yaitu
waktu diantara systole dan diastole dimana jantung berhenti kira-kira detik.
Pada keadaan istirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada
tiap kontraksi jantung akan memompakan darah 60-70 cc
Keadaan ini berbeda dengan jantung orang yang terlatih 200 cc ini dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel.
Keadaan ini berbeda dengan jantung orang yang terlatih 200 cc ini dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel.
Dengan demikian, organ-organ tubuh
tersebut hanya bisa tumbuh, berkembang dan menghasilkan tenaga/kekuatan jika
mereka mendapakan aliran darah dengan nutrisi yang cukup. Hal ini tidak ada
pengecualiannya berlaku juga untuk jantung itu sendiri. Jika jantung dan
organ-organ yang vital tidak cukup mendapatkan aliran darah seperti yang
diperlukan, misalnya karena adanya penyempitan pembuluh darah. Maka jantung dan
organ-organ yang vital tidak bisa memenuhi fungsi/tugasnya sebagaimana
mestinya. Subjek yang telah memenuhi kriteria dalam PAR-Q ditentukan umurnya untuk
mengetahui denyut jantung maksimal dengan rumus : Denyut jantung maksimal = 220
– umur denyut jantung submaksimal adalah 60-80% dari denyut jantung maksimal.
Kinerja jantung
Jantung adalah organ yang paling mengagumkan.Tanpa
henti memompa oksigen dan nutrisi melaui darah ke seluruh tubuh.Jantung kita
berdetak 100 ribu kali per hari atau memompa sekitar 2000 galon per hari.
Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke
seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke
setiap ujung organ tubuh kita. Darah sangat penting karena berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrisi ke setiap jaringan tubuh, juga
membawa sisa-sisa seperti karbon dioksida keluar dari jaringan-jaringan tubuh.
Ada
tiga tipe pembuluh darah :
1. Pembuluh
arteri : fungsinya mengangkut oksigen melalui darah dari jantung ke seluruh
jaringan tubuh, akan semakin mengecil ketika darah melewati pembuluh menuju
organ lainnya.
2. Pembuluh
kapiler : bentuknya kecil dan tipis, menghubungkan pembuluh arteri dan pembuluh
vena. Lapisan dindingnya yang tipis memudahkan untuk dilewati oleh oksigen,
nutrisi, karbon dioksida serta bahan sisa lainnya dari dan ke organ sel
lainnya.
3. Pembuluh
vena : fungsinya menyalurkan aliran darah yang berisi bahan sisa kembali ke
jantung jantung untuk dipecahkan dan dikeluarkan dari tubuh. Pembuluh vena
semakin membesar ketika mendekati jantung. Bagian atas vena (superior) membawa
darah dari tangan dan kepala menuju jantung, sedangkan bagian bawah vena (inferior)
membawa darah dari bagian perut dan kaki menuju jantung.
Jantung kita terletak di sebelah kiri bagian
dada, di antara paru-paru, tersarung oleh tulang rusuk. Bagian luaranya terdiri
dari otot-otot. Otot-otot tersebut saling berkontraksi dan memompa darah
melulai pembuluh arteri. Bagian dalam terdiri dari 4 buah bilik. Dibagi menjadi
2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot yang
disebut septum. Bagian kanan dan kiri dibagi lagi menjadi 2 bilik atas yang
disebut dengan atria dan dua bilik bawah yang disebut dengan ventricle, yang
memompa darah menuju arteri.
Atria dan verticle bekerja secara
bersamaan,menyebabkan kontraksi dan relaksasi untuk memompa darah keluar dari
jantung. Darah yang keluar dari bilik akan melewati sebuah katup. Terdapat 4
buah katup di dalam jantung. Yaitu mitral, tricuspid, aortic, dan pulmonic
(sering juga disebut dengan pulmonary). Katup-katup ini berfungsi untuk mengatur jalannya aliran darah menuju ke
arah yang benar. Tiap katup mempunyai penututup yang disebut leaflets atau
cusps. Katup mitral mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya memiliki 3 buah
leaflets.
Latihan Fisik
Latihan fisik adalah pergerakan
tubuh yang dilakukan otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan
peningkatan pemakaian energi dengan tujuan memperbaiki kebugaran fisik
(Pedriatics, 1994). Defenisi lain, latihan fisik atau exercise adalah
subkelompok aktifitas fisik berupa gerakan tubuh yang terencana, terstruktur
dan repetitive (berulang) untuk
memperbaiki atau memulihkan satu atau lebih komponen kebugaran fisik (Halliwell
and Whiteman, 2004).
Latihan fisik berdasarkan sumber
tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem, Yaitu 1) Sistem aerobik 2)
Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid
system dan 3) Sistem ATP Creatinin Phospat (phosphagen system) (Fox, 1993). Aktivitas aerobik merupakan latihan
yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran
sumber energi sehingga juga akan bergantung pada kerja optimal organ-organ
tubuh seperti jantung paru-paru dan juga pembuluh darah untuk mengangkut
oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan sempurna. Latihan
ini biasanya merupakan latihan olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang
dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama.
Latihan anaerobik merupakan latihan
dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi yang cepat dalam waktu yang
singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang
lama. Latihan ini juga biasanya memerlukan interval istirahat agar ATP
(adenosine Tripospat) dapat di regenerasi sehingga kegiatannya dapat
dilanjutkan kembali. Latihan fisik akan menyebabkan perubahan–perubahan pada
faal tubuh manusia, baik bersifat sementara/sewaktu-sewaktu (respons) maupun yang
bersifat menetap (adaption). Latihan fisik dengan aktifitas tinggi (antara sub
makasimal hingga maksimal) akan menyebabkan otot berkontraksi secara anaerobik.
Kontraksi otot secara anaerobik membutuhkan penyediaan energi (ATP) melalui
proses glikolisis anaerobik atau system asam laktat (lactid acid system).
Glikolisis anaerobik akan menghasilkan produk akhir berupa asam laktat. Jadi, aktifitas
dengan intensitas submaksimal hingga intensitas maksimal akan menyebabkan
akumulasi asam laktat dalam otot dan darah (Bompa, 1990 , Fox, 1993).
Pada latihan fisik terjadi
peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan ini akan mencapai maksimal saat
penambahan beban kerja tidak mampu meningkatkan konsumsi oksigen. Hal ini
dikenal dengan konsumsi oksigen maksimum (VO2 max). Sesudah VO2 max tercapai,
kerja ditingkatkan dan dipertahankan hanya dalam waktu singkat dengan
metabolisme anaerob pada otot yang melakukan aktifitas. Secara teoritis, VO2
max dibatasi oleh kardiak output, kemampuan sistem respirasi untuk membawa oksigen
darah, dan kemampuan otot yang bekerja untuk menggunakan oksigen. Faktanya,
pada orang normal (kecuali atlet pada yang sangat terlatih), Kardiak output
adalah faktor yang menentukan VO2 max (Bompa, 1990). Pengaruh latihan fisik
dapat seketika yang disebut respon akut dan pengaruh jangka panjang akibat
latihan yang teratur dan terprogram yang disebut adaptasi. Termasuk respon akut
adalah bertambahnya frekwensi denyut jantung, peningkatan frekwensi pernafasan,
peningkatan tekanan darah dan peningkatan suhu badan. Termasuk adaptasi antara
lain peningkatan masa otot, bertambahnya masa tulang, bertambahnya sistem
pertahanan antioksidan serta penurunan frekwensi denyut jantung istirahat
(Sutarina dan Tambunan, 2004). Latihan fisik yang dapat meningkatkan sistem
pertahanan antioksidan adalah latihan fisik dengan intensitas rendah dan
intensitas sedang, karena aktifitas fisik pada tingkat ini mengacu pada program
aktifitas fisik yang dirancang untuk meminimalkan pengeluaran radikal bebas.
Sedangkan latihan fisik yang maksimal dan melelahkan dapat meningkatkan jumlah
leukosit dan neutrofil baik dalam sirkulasi maupun jaringan (Cooper,2000).
Nayanatara (2004) Latihan fisik maksimal renang pada tikus dengan durasi 45
menit dengan suhu lingkungan 200 C selama tujuh hari memberikan gambaran
makroskopis berupa peningkatan berat hati, ginjal, kelenjar adrenal dan kortek
serebri.
Efek Akut Latihan pada
Sistem Kardiovaskuler
Latihan akan berefek akut atau
sesaat pada tubuh yang memengaruhi: sistem otot, sistem hormonal, sistem
peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan, metabolisme, dan sistem
pembuangan. Efeknya tidak dapat dirasakan langsung oleh tubuh, namun dapat
terungkap melalui pemeriksaan laboratoris (Sebastianus, 2011:3).
Pada saat latihan, ketika suplai
oksigen ke otot yang aktif tidak memadai untuk tingkat metabolisme selanjutnya,
metabolit menumpuk dan merangsang saraf sensorik dalam otot. Aktivasi saraf ini
memunculkan chemoreflex dari saraf mekanoreseptor otot yang meningkatkan
aktivitas saraf simpatik untuk meningkatkan tekanan arteri (Hautala, 2004:22).
Perubahan
akut pada sistem peredaran darah diuraikan sebagai berikut (Sebastianus,
2011:3):
a. Perubahan
Frekuensi Denyut Jantung
Jantung merupakan organ vital yang
memasok kebutuhan darah di seluruh tubuh. Semakin meningkatnya aktivitas fisik,
maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini
akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran darah, hal ini juga
direspons pembuluh darah dengan melebarkan diameter pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu (Widiyanto,
2011:3).
Pada saat berlatih, frekuensi denyut
jantung akan meningkat. Semakin tinggi intensitas latihan, maka denyut jantung
akan semakin cepat, sesuai dengan teori ambang batas anaerobik (anaerobic threshold), yang menyatakan
bahwa jika intensitas latihan dinaikan, maka frekuensi denyut jantung juga akan
naik, tetapi jika intensitas terus dinaikan pada suatu saat hubungannya tidak
liner lagi (berbentuk garis lurus) melainkan akan melengkung (Grazzi et al., 2005:473)
b. Perubahan
Volume Darah Sekuncup dan Curah Jantung
Pada saat latihan, terjadi dua
kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiac
output) dan redistribusi darah dari otot-otot yang aktif ke otot-otot yang
aktif. Curah jantung tergantung dari stroke
volume dan heart rate. Kedua
faktor ini meningkat pada waktu latihan menyangkut vasokontriksi pembuluh darah
yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif, yang
diakibatkan oleh kenaikan suhu setempat, CO2, dan asam laktat, serta kekurangan
oksigen (Akmawarita Kadir: 2012:4).
Pada saat istirahat, volume darah
sekuncup yang keluar dari jantung (stroke
volume=SV) sekitar 70 cc, pada saat berlatih dapat meningkat sampai 90 cc
per denyut. Bagi orang terlatih volume sekuncup saat istirahat sekitar 90
sampai 120 cc, pada saat berlatih dapat mencapai 150 – 170 cc (Sebastianus,
2011:4).
Peningkatan curah jantung (CO) yang
meningkat hampir secara linier dengan laju konsumsi O2 otot (tingkat kerja)
terutama akibat peningkatan laju denyut jantung dan juga pengaruh akibat isi
sekuncup walaupun tidak terlalu besar. Laju denyut jantung diakselerasi oleh
penurunan tonus vagal, dan oleh peningkatan letupan saraf simpatis serta
kotekolamin dalam sirkulasi. Stimulasi adrenoreseptor-β jantung yang dihasilkan
akan meningkatkan isi sekuncup dengan meningkatkan kontraktilitas miokardium
dan memungkinkan pengosongan sistolik ventrikel yang lebih komplet (Aaronson,
2010:65).
Peningkatan frekuensi denyut jantung
yang terus-menerus pada suatu saat tidak akan meningkatkan curah jantung.
Setelah 160 kali per-menit bagi yang tidak terlatih atau 180 kali per-menit
bagi yang terlatih, maka denyut jantung akan mengalami floater, sehingga volume sekuncup akan berkurang. Frekuensi denyut
jantung maksimal (intensitas maksimal/ 100%) secara sederhana sering ditentukan
dengan rumus 220 dikurangi umur. Curah jantung pada intensitas 100% tidak
berbeda banyak dengan curah jantung pada intensitas 90% (Sebastianus, 2011:4).
c. Perubahan
Tekanan Darah
Meningkatnya hormon epinefrin saat
latihan menyebabkan semakin kuatnya kontraksi otot jantung. Meskipun demikian,
tekanan sistolik tidak langsung membumbung tinggi karena pengaruh epinefrin
pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan pelebaran (dilatasi). Pelebaran
pembuluh darah akan sangat tergantung kondisi pembuluh darah (Sebastianus,
2011:5). Peningkatan signifikan tekanan sistolik dan nadi, disebabkan oleh
ejeksi darah oleh ventrikel kiri secara lebih cepat dan kuat, yang menyebabkan
suatu peningkatan rata-rata tekanan darah arterial (Aaronson, 2010:65).
d. Perubahan
pada Darah
Pada saat terjadi dilatasi
arteriola, otot skelet meningkatkan hidrostatik kapiler. Sementara itu,
rekruitmen kapiler meningkatkan area permukaan mikro-sirkulasi yang tersedia
untuk pertukaran cairan. Efek ini, bersama dengan peningkatan osmolaritas
interstisial yang disebabkan oleh peningkatan produksi metabolit dalam serabut
otot melalui mekanisme starling,
menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam otot. Selain itu, kehilangan cairan
melalui keringat menyebabkan volume plasma menurun sebesar 15% selama menjalani
latihan berat. Kehilangan cairan ini sebagian dikompensasi oleh peningkatan
reabsorpsi cairan pada vascular bed
yang mengalami vasokontriksi, sehingga tekanan
kapiler menurun (Aaronson, 2010:65).
e. Perubahan
Pendistribusian Darah Selama Berlatih
Pada saat berlatih, darah akan
banyak mengalir ke otot-otot yang terlibat dalam gerak. Darah akan mencukupi
kebutuhan latihan seperti lemak dan gula untuk penyediaan energi dan membawa
sisa-sisa metabolisme seperti air dan CO2. Darah yang menuju ke pencernaan,
ginjal, hati, kulit, akan dikurangi. Semakin tinggi intensitas, darah yang ke
otot akan semakin banyak.
Pendistribusian
darah saat latihan pada pria kurang gerak (nilai dalam mL/min) dapat dilihat
pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Curah Jantung dan Aliran
Darah Regional (Aaronson, 2010:64)
Berdiri tenang
|
Latihan fisik
|
|
Curah jantung
|
5.900
|
24.000
|
Aliran darah
ke:
|
||
Jantung
|
250
|
1000
|
Otak
|
750
|
750
|
Otot skelet
aktif
|
650
|
20.850
|
Otot skelet
inaktif
|
650
|
300
|
Kulit
|
500
|
500
|
Ginjal, hati,
saluran gastrointestinal, dll
|
3100
|
600
|
Perubahan kardiovaskular pada saat
latihan disimpulkan dalam tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Perubahan
Kardiovaskular Saat Latihan (Abdul Alim dan Cerika
Rismayanthi, 2011:6)
Variabel Kardiovaskular
|
Perubahan
|
Penyebab
|
Kecepatan
denyut jantung
|
meningkat
|
Terjadi akibat
peningkatan aktivitas simpatis dari penurunan aktivitas parasimpatis pada
nodus SA.
|
Aliran balik
vena
|
meningkat
|
Terjadi akibat
vasokontriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis serta peningkatan
aktivitas pompa otot rangka dan pompa respirasi.
|
Volume
sekuncup
|
meningkat
|
Terjadi akibat
peningkatan aliran bailk vena melalui mekanisme Frank-Starling (kecuali
apabila waktu pengisian berkurang secara bermakna akibat tingginya kecepatan
denyut jantung) dan akibat peningkatan kontraktilitas miokardium yang
distimulasi oleh saraf simpatis.
|
Curah jantung
|
meningkat
|
Terjadi akibat peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
|
Aliran darah ke otot rangka aktif dan otot jantung
|
meningkat
|
Terjadi akibat vasodilatasi arteriol yang dikontrol secara lokal, yang
diperkuat oleh efek vasodilatasi epinefrin dan kalahnya efek vasokontriksi
simpatis yang lebih lemah.
|
Aliran darah ke otak
|
tidak berubah
|
Terjadi karena stimulasi simpatis tidak berefek pada arteriol otak,
mekanisme kontrol lokal mempertahankan aliran darah ke otak konstan apaun
keadaannya.
|
Aliran darah kekulit
|
meningkat
|
Terjadi karena pusat kontrol hipotalamus menginduksi arteriol kulit,
peningkatan aliran darah kulit membawa panas yang dihasilkan oleh otot yang
berolahraga ke permukaan tubuh, sehingga panas dapat disalurkan ke lingkungan
luar.
|
Aliran darah ke saluran pencernaan, ginjal dan organ lain
|
menurun
|
Terjadi akibat vasokontriksi arteriol yang diinduksi oleh saraf simpatis
secara umum.
|
Resistensi
perifer total
|
menurun
|
Terjadi karena
resistensi di otot-otot rangka, jantung, dan kulit menurun dengan tingkat
lebih besar daripada
peningkatan
resistensi di organ-organ lain.
|
Tekanan darah
arteri rata-rata
|
meningkat
(sedang)
|
Terjadi curah
jantung meningkat lebih besar dari pada penurunan resistensi perifer total.
|
Sesaat
setelah latihan, akan terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular. Baroreseptor
akan merespons untuk memberikan penurunan denyut jantung dan kontraktilitas
jantung, begitu juga akan terjadi penurunan tekanan darah. Hal ini sebagai
tugas baroreseptor untuk mengembalikan keadaan tubuh untuk menjadi seimbang
atau disebut homeostatis. Denyut jantung biasanya dikembalikan dalam waktu
kurang dari 5 sampai 10 detik setelah latihan (Hautala, 2004:22). Efek
penurunan tekanan darah akibat latihan fisik, khususnya tekanan sistolik mulai
terlihat pada 1-3 jam setelah melakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit.
Efek penurunan darah ini akan terjadi lebih dari 9 jam setelah latihan fisik.
Penurunan tekanan darah yang menetap akan lebih terlihat setelah 4 sampai 6
minggu latihan (Liu et al,
2012:1650). Tidak seperti pada penurunan tekanan darah sistolik, penurunan
tekanan darah diastolik akibat latihan fisik berhubungan dengan lamanya latihan
yang dilakukan (Zanabria and Welch,
2003.,Prijo Sudibjo: 2011:31).
Recovery setelah latihan disebabkan reaktivasi vagal
(parasimpatis) yang menjadi hal yang sangat penting selama menit pertama
setelah latihan (Watanabe et al.,
2001:1915). Regulasi oleh saraf parasimpatis pada denyut jantung terjadi dalam
beberapa menit setelah latihan jangka pendek (10-20 menit) dengan intensitas
sedang hingga sub-maksimal (Hautala, 2004:23). Peningkatan vagal tone (parasimpatis) dikaitkan dengan pengurangan risiko
kematian pada seseorang dengan maupun tanpa penyakit kardiovaskuler. Aktivasi
peningkatan saraf parasimpatis juga menunjukkan menunjukkan pada baiknya
kapasitas fungsional kardiovaskular seseorang (Watanabe et al., 2001:2915).
Efek Kronis Latihan terhadap Kardiovaskular
Latihan
yang terprogram dan berkelanjutan dapat memperbaiki fungsi kardiovaskular
melalui pembesaran ruang pada atrium maupun ventrikel pada jantung dan peningkatan
elastisitas pembuluh darah (Sebastianus, 2011:13), Perbaikan kontrol metabolik
(level glokosa dalam darah dan resistensi insulin) (Colberg, 2010:151),
Penurunan tekanan darah, dan perbaikan fungsi ginjal (Prijo Sudibjo, 2011:28).
a.
Pembesaran Ruang Jantung
Program
latihan yang bersifat aerobik akan akan menyebabkan semakin besarnya ruang pada
atrium maupun ventrikel pada jantung. Dengan demikian, volume darah sedenyut (stroke volume=SV) akan meningkat. Dengan
meningkatnya volume darah sekuncup, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen
maupun membuang karbon dioksida jantung tidak perlu memompa dengan frekuensi
yang tinggi. Hal ini juga akan menurunkan denyut jantung saat istirahat
(Gielen, 2010:1226).
Penurunan
denyut jantung saat istirahat diakibatkan penurunan level serum katekolamin
(Gielen, 2010:1226). Latihan aerobik selama 8 minggu dapat menurunkan 16%
norepinefrin, hormon yang berhubungan dengan peningkaan denyut jantung (Coats et al, 1992, Gielen, 2010:1226).
Peningkatan
volume sekuncup maupun cardiac output
akan diikuti bertambahnya pembuluh-pembuluh pada otot jantung, sehingga akan
dapat mengurangi terganggunya aliran darah pada otot. Banyaknya pembuluh darah,
akan saling menggantikan apabila ada satu atau beberapa pembuluh yang tersumbat
(Sebastianus, 2011:7).
b.
Peningkatan Elastisitas Pembuluh Darah
Pada
orang yang terlatih, pembuluh darah saat latihan akan dipacu vasodilatasi,
untuk memperlancar pengiriman nutrisi dan oksigen, sehingga proses metabolisme
dan pertukaran gas berjalan lancar. Hal ini akan diadaptasi oleh pembuluh
darah, setelah latihan kronis, elastisitas pembuluh darah akan semakin
meningkat. Latihan secara signifikan dapat memperbaiki endothelium-dependent, penghubung laju dilatasi pada peleberan
arteri pada otot yang dilatih (Gielen, 2010:1227).
Perubahan
struktural vaskular karena latihan fisik merupakan remodeling vaskular berupa perpanjangan dan pelebaran pembuluh
darah ateri dan vena atau pembentukan vaskular baru (neovaskularisasi) (Prijo
Sudibjo, 2011:30). Latihan fisik juga menunjukkan dapat meningkatkan diameter
pembuluh darah, penurunan rasio tebal tunika intima-media serta pembesaran
pembuluh darah secara tetap (Pescatello et
al., 2004, Prijo Sudibjo, 2011:30).
c.
Perbaikan Kontrol Metabolisme
Perbaikan
kontrol metabolisme dikaitkan dengan resistensi diameter pembuluh darah akan
keberadaan oksigen atau metabolik sensor yang tergabung pada sel otot vaskular
lunak untuk mengontrol vascular tone
(Deusen et al, 2006, Gielen et al., 2010:1230).
Perbaikan
metabolisme juga berhubungan dengan perbaikan insulin dan glukosa dalam darah.
Latihan aerobik selama satu minggu dapat memperbaiki sensivitas insulin pada
penderita diabetes (Winnick et al.,
2008, Colberg et al., 2010:151).
Latihan teratur dapat meningkatkan responsivitas otot rangka pada insulin
dengan meningkatkan fungsi dan atau aktivitas protein termasuk metabolisme
glukosa dan insulin signaling (Colberg
et al.,2010:152).
d.
Perbaikan Fungsi Ginjal
Perbaikan
pada fungsi ginjal juga terjadi akibat efek kronis latihan. Ginjal berfungsi
dalam pengaturan sodium plasma dan dengan demikian akan membantu pengaturan
plasma dan cardic output (Zanabria and Welch, 2003, Prijo Sudbjo,2011:30).
Hal ini sangat pembantu dalam pengontrolan maupun penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
e.
Penurunan Tekanan Darah
Latihan
dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah saat istirahat pada kelompok
usia 45-60 tahun dengan lama latihan bervariasi, hasilnya sudah terlihat pada
minggu pertama, namun lebih terlihat setelah 4 sampai 6 minggu latihan (Liu et al, 2012:1650).
Tekanan
darah pada hipertensi akan menurun diakibatkan adanya perbaikan faktor-faktor
yang memengaruhi tekanan darah antara lain: peningkatan elastisitas pembuluh
darah, semakin optimalnya kerja jantung (cardiac
output), menurunnya tahanan perifer akibat peningkatnya diameter pembuluh
darah dan menurunnya viskositas darah, dan terkontrolnya volume darah.
Penurunan pembuluh darah perifer setelah melakukan latihan fisik menyebabkan
diameter pembuluh darah bertambah, diakibatkan karena menurunnya pengaruh saraf
simpatis atau bertambahnya pengaruh vasodilator lokal seperti nitric oxide. Vasodilator ini
produksinya dapat ditingkatkan (Pescatello et
al., 2004, Prijo Sudibjo, 2011:30).
Hal
lain yang dapat menurunkan tekanan darah akibat latihan fisik adalah: penurunan
norepinefrin plasma darah yang berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah
dan perbaikan fungsi ginjal (Prijo Sudibjo, 2011:30).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata
yaitu jantung dan pembuluh darah dan 3 komponen yaitu salah satunya adalah hemoglobin dalam darah
yang juga berperan dalam sistem sirkulasi. Jantung telah aktif dalam masa janin
ketika berusia 3 bulan dalam kandungan dengan proses sirkulasi melalui plasenta.
Dengan seringnya jantung diberi beban latihan yang terus-menerus dan berkesinambungan
secara otomatis otot jantung beradaptasi sehingga kekuatan jantung dalam
memompakan darah menjadi lebih meningkat dibanding sebelum latihan, karena
kinerja jantung menjadi lebih baik maka suplai oksigen bagi organel-organel
lainnya tercukupi dengan sendirinya organel-organel tersebut dapat bekerja
sesuai fungsinya menjadi lebih baik. Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh.
Diantara banyak manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat
meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis terhadap
olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya
distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan.
No comments:
Post a Comment