Sponsor

Sunday 7 June 2015

CARDIOVASKULER

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Olahraga sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Bukti nyata, banyaknya bermunculan pusat-pusat olahraga serta dipenuhinya fasilitas umum olahraga oleh masyarakat yang ingin berolahraga. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya sekedar kebutuhan, namun sudah menjadi gaya hidup. Pada umumnya orang yang melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga orang yang melakukannya karena hobi ataupun mencari prestasi dibidangnya.
            Pada perkembangannya, banyak masyarakat melakukan olahraga yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Olahraga semacam ini dapat diartikan sebagai olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu intensitas serta bebannya homogen, submaximal,   serta tidak boleh ada unsur kompetisi didalamnya. Manfaat melakukan olahraga secara teratur dan terprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan telah diinformasikan secara luas dalam berbagai artikel kesehatan maupun artikel populer serta jurnal-jurnal kesehatan. Diantara manfaat itu antara lain, olahraga dapat mencegah obesitas, diabetes mellitus, hyperlipidemia, stroke, dan hipertensi.
            Latihan dalam olahraga sangat erat berhubungan dengan kardiovaskuler. Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung  komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
            Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, semua perlu memahami anatomi fisiologi yang ada pada jantung  sehingga  mampu memahami berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardiovaskuler yang terkait dengan latihan olahraga.


BAB II
PEMBAHASAN

            Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.

Jantung
            Jantung adalah sebuah rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah dengan berirama yang berulang. Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunanya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan/ bekerja secaara tak sadar (dipengaruhi oleh susunan syaraf otonom). Jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing disebut apeks kordis. Jantung terletak didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang bagian kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae, pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut Iktus Kordis. Jantung berukuran lebih kurang sebesar kepalan tangan dan beratnya kira-kira 250-300 gram. Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu serambi kiri (atrium sinistra), serambi kanan (atrium dekstra), bilik kiri (ventrikel sinistra), bilik kanan (ventrikel dekstra).
            Pada jantung terdapat katup yang berfungsi mencegah darah kembali saat terjadi kontraksi yaitu:
1.      Valvula trikuspidalis: mencegah darah yang berada pada ventrikel dekstra kembali ke atrium dekstra
2.      Valvula bikuspidalis: mencegah darah yang berada pada ventrikel sinistra kembali ke atrium sinistra pada saat terjadi kontraksi .
3.      Valvula semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara venrtikel dekstra dengan arteri pulmonalis.
4.      Valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta.
            Jantung sama dengan sel jaringan organ lainnya, sel jantung juga memerlukan energi untuk menjalankan fungsinya. Arteri coronaria adalah pembulu
darah yang menyuplai darah kejantung, untuk memenuhi kebutuhan jantung.

Mekanisme Jantung
            Jantung adalah motor dari system peredaran darah, Jantung berfungsi mengedarkan darah ke seluruh tubuh, membawa oksigen dan zat gizi ke semua jaringan tubuh dan mengangkut semua zat buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Jantung merupakan organ berongga dan berotot yang memompa semua darah; sekitar 4-5 liter; ke seluruh tubuh sekitar satu putaran per menit. Darah mengalir melalui jaringan pembuluh yang mencapai semua bagian tubuh. Arteri membawa darah dari jantung ke pembuluh-¬pembuluh yang lebih kecil, lalu ke kapiler-kapiler, dan kemudian berbalik memasuki jaringan vena, yang membawa darah kembali ke jantung.
            Jantung  organ yang paling vital. Tanpa henti memompa oksigen dan nutrisi melalui darah ke seluruh tubuh. Jantung kita berdetak 100 ribu kali per hari atau memompa sekitar 2000 galon per hari. Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung organ tubuh.
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode:
1.      Periode konstriksi (systole)
Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.

2.      Periode dilatasi (diastole)
Suatu keadaan dimana jantung mengembang.
3.      Periode istirahat
Yaitu waktu diantara systole dan diastole dimana jantung berhenti kira-kira detik. Pada keadaan istirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap kontraksi jantung akan memompakan darah 60-70 cc
Keadaan ini berbeda dengan jantung orang yang terlatih 200 cc ini dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel.
            Dengan demikian, organ-organ tubuh tersebut hanya bisa tumbuh, berkembang dan menghasilkan tenaga/kekuatan jika mereka mendapakan aliran darah dengan nutrisi yang cukup. Hal ini tidak ada pengecualiannya berlaku juga untuk jantung itu sendiri. Jika jantung dan organ-organ yang vital tidak cukup mendapatkan aliran darah seperti yang diperlukan, misalnya karena adanya penyempitan pembuluh darah. Maka jantung dan organ-organ yang vital tidak bisa memenuhi fungsi/tugasnya sebagaimana mestinya. Subjek yang telah memenuhi kriteria dalam PAR-Q ditentukan umurnya untuk mengetahui denyut jantung maksimal dengan rumus : Denyut jantung maksimal = 220 – umur denyut jantung submaksimal adalah 60-80% dari denyut jantung maksimal.

Kinerja jantung
            Jantung  adalah organ yang paling mengagumkan.Tanpa henti memompa oksigen dan nutrisi melaui darah ke seluruh tubuh.Jantung kita berdetak 100 ribu kali per hari atau memompa sekitar 2000 galon per hari. Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung organ tubuh kita. Darah sangat penting karena berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrisi ke setiap jaringan tubuh, juga membawa sisa-sisa seperti karbon dioksida keluar dari jaringan-jaringan tubuh.
Ada tiga tipe pembuluh darah :
1.      Pembuluh arteri : fungsinya mengangkut oksigen melalui darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh, akan semakin mengecil ketika darah melewati pembuluh menuju organ lainnya.
2.      Pembuluh kapiler : bentuknya kecil dan tipis, menghubungkan pembuluh arteri dan pembuluh vena. Lapisan dindingnya yang tipis memudahkan untuk dilewati oleh oksigen, nutrisi, karbon dioksida serta bahan sisa lainnya dari dan ke organ sel lainnya.
3.      Pembuluh vena : fungsinya menyalurkan aliran darah yang berisi bahan sisa kembali ke jantung jantung untuk dipecahkan dan dikeluarkan dari tubuh. Pembuluh vena semakin membesar ketika mendekati jantung. Bagian atas vena (superior) membawa darah dari tangan dan kepala menuju jantung, sedangkan bagian bawah vena (inferior) membawa darah dari bagian perut dan kaki menuju jantung.
             Jantung kita terletak di sebelah kiri bagian dada, di antara paru-paru, tersarung oleh tulang rusuk. Bagian luaranya terdiri dari otot-otot. Otot-otot tersebut saling berkontraksi dan memompa darah melulai pembuluh arteri. Bagian dalam terdiri dari 4 buah bilik. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot yang disebut septum. Bagian kanan dan kiri dibagi lagi menjadi 2 bilik atas yang disebut dengan atria dan dua bilik bawah yang disebut dengan ventricle, yang memompa darah menuju arteri.
            Atria dan verticle bekerja secara bersamaan,menyebabkan kontraksi dan relaksasi untuk memompa darah keluar dari jantung. Darah yang keluar dari bilik akan melewati sebuah katup. Terdapat 4 buah katup di dalam jantung. Yaitu mitral, tricuspid, aortic, dan pulmonic (sering juga disebut dengan pulmonary). Katup-katup ini berfungsi untuk mengatur jalannya aliran darah menuju ke arah yang benar. Tiap katup mempunyai penututup yang disebut leaflets atau cusps. Katup mitral mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya memiliki 3 buah leaflets.

Latihan Fisik
            Latihan fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan memperbaiki kebugaran fisik (Pedriatics, 1994). Defenisi lain, latihan fisik atau exercise adalah subkelompok aktifitas fisik berupa gerakan tubuh yang terencana, terstruktur dan repetitive (berulang) untuk memperbaiki atau memulihkan satu atau lebih komponen kebugaran fisik (Halliwell and Whiteman, 2004).
            Latihan fisik berdasarkan sumber tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem, Yaitu 1) Sistem aerobik 2) Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid system dan 3) Sistem ATP Creatinin Phospat (phosphagen system) (Fox, 1993). Aktivitas aerobik merupakan latihan yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung pada kerja optimal organ-organ tubuh seperti jantung paru-paru dan juga pembuluh darah untuk mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan sempurna. Latihan ini biasanya merupakan latihan olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama.
            Latihan anaerobik merupakan latihan dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi yang cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Latihan ini juga biasanya memerlukan interval istirahat agar ATP (adenosine Tripospat) dapat di regenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Latihan fisik akan menyebabkan perubahan–perubahan pada faal tubuh manusia, baik bersifat sementara/sewaktu-sewaktu (respons) maupun yang bersifat menetap (adaption). Latihan fisik dengan aktifitas tinggi (antara sub makasimal hingga maksimal) akan menyebabkan otot berkontraksi secara anaerobik. Kontraksi otot secara anaerobik membutuhkan penyediaan energi (ATP) melalui proses glikolisis anaerobik atau system asam laktat (lactid acid system). Glikolisis anaerobik akan menghasilkan produk akhir berupa asam laktat. Jadi, aktifitas dengan intensitas submaksimal hingga intensitas maksimal akan menyebabkan akumulasi asam laktat dalam otot dan darah (Bompa, 1990 , Fox, 1993).
            Pada latihan fisik terjadi peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan ini akan mencapai maksimal saat penambahan beban kerja tidak mampu meningkatkan konsumsi oksigen. Hal ini dikenal dengan konsumsi oksigen maksimum (VO2 max). Sesudah VO2 max tercapai, kerja ditingkatkan dan dipertahankan hanya dalam waktu singkat dengan metabolisme anaerob pada otot yang melakukan aktifitas. Secara teoritis, VO2 max dibatasi oleh kardiak output, kemampuan sistem respirasi untuk membawa oksigen darah, dan kemampuan otot yang bekerja untuk menggunakan oksigen. Faktanya, pada orang normal (kecuali atlet pada yang sangat terlatih), Kardiak output adalah faktor yang menentukan VO2 max (Bompa, 1990). Pengaruh latihan fisik dapat seketika yang disebut respon akut dan pengaruh jangka panjang akibat latihan yang teratur dan terprogram yang disebut adaptasi. Termasuk respon akut adalah bertambahnya frekwensi denyut jantung, peningkatan frekwensi pernafasan, peningkatan tekanan darah dan peningkatan suhu badan. Termasuk adaptasi antara lain peningkatan masa otot, bertambahnya masa tulang, bertambahnya sistem pertahanan antioksidan serta penurunan frekwensi denyut jantung istirahat (Sutarina dan Tambunan, 2004). Latihan fisik yang dapat meningkatkan sistem pertahanan antioksidan adalah latihan fisik dengan intensitas rendah dan intensitas sedang, karena aktifitas fisik pada tingkat ini mengacu pada program aktifitas fisik yang dirancang untuk meminimalkan pengeluaran radikal bebas. Sedangkan latihan fisik yang maksimal dan melelahkan dapat meningkatkan jumlah leukosit dan neutrofil baik dalam sirkulasi maupun jaringan (Cooper,2000). Nayanatara (2004) Latihan fisik maksimal renang pada tikus dengan durasi 45 menit dengan suhu lingkungan 200 C selama tujuh hari memberikan gambaran makroskopis berupa peningkatan berat hati, ginjal, kelenjar adrenal dan kortek serebri.

Efek Akut Latihan pada Sistem Kardiovaskuler
            Latihan akan berefek akut atau sesaat pada tubuh yang memengaruhi: sistem otot, sistem hormonal, sistem peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan, metabolisme, dan sistem pembuangan. Efeknya tidak dapat dirasakan langsung oleh tubuh, namun dapat terungkap melalui pemeriksaan laboratoris (Sebastianus, 2011:3).
            Pada saat latihan, ketika suplai oksigen ke otot yang aktif tidak memadai untuk tingkat metabolisme selanjutnya, metabolit menumpuk dan merangsang saraf sensorik dalam otot. Aktivasi saraf ini memunculkan chemoreflex dari saraf mekanoreseptor otot yang meningkatkan aktivitas saraf simpatik untuk meningkatkan tekanan arteri (Hautala, 2004:22).
Perubahan akut pada sistem peredaran darah diuraikan sebagai berikut (Sebastianus, 2011:3):
a.       Perubahan Frekuensi Denyut Jantung
            Jantung merupakan organ vital yang memasok kebutuhan darah di seluruh tubuh. Semakin meningkatnya aktivitas fisik, maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran darah, hal ini juga direspons pembuluh darah dengan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu (Widiyanto, 2011:3).
            Pada saat berlatih, frekuensi denyut jantung akan meningkat. Semakin tinggi intensitas latihan, maka denyut jantung akan semakin cepat, sesuai dengan teori ambang batas anaerobik (anaerobic threshold), yang menyatakan bahwa jika intensitas latihan dinaikan, maka frekuensi denyut jantung juga akan naik, tetapi jika intensitas terus dinaikan pada suatu saat hubungannya tidak liner lagi (berbentuk garis lurus) melainkan akan melengkung (Grazzi et al., 2005:473)
b.      Perubahan Volume Darah Sekuncup dan Curah Jantung
            Pada saat latihan, terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiac output) dan redistribusi darah dari otot-otot yang aktif ke otot-otot yang aktif. Curah jantung tergantung dari stroke volume dan heart rate. Kedua faktor ini meningkat pada waktu latihan menyangkut vasokontriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif, yang diakibatkan oleh kenaikan suhu setempat, CO2, dan asam laktat, serta kekurangan oksigen (Akmawarita Kadir: 2012:4).
            Pada saat istirahat, volume darah sekuncup yang keluar dari jantung (stroke volume=SV) sekitar 70 cc, pada saat berlatih dapat meningkat sampai 90 cc per denyut. Bagi orang terlatih volume sekuncup saat istirahat sekitar 90 sampai 120 cc, pada saat berlatih dapat mencapai 150 – 170 cc (Sebastianus, 2011:4).
            Peningkatan curah jantung (CO) yang meningkat hampir secara linier dengan laju konsumsi O2 otot (tingkat kerja) terutama akibat peningkatan laju denyut jantung dan juga pengaruh akibat isi sekuncup walaupun tidak terlalu besar. Laju denyut jantung diakselerasi oleh penurunan tonus vagal, dan oleh peningkatan letupan saraf simpatis serta kotekolamin dalam sirkulasi. Stimulasi adrenoreseptor-β jantung yang dihasilkan akan meningkatkan isi sekuncup dengan meningkatkan kontraktilitas miokardium dan memungkinkan pengosongan sistolik ventrikel yang lebih komplet (Aaronson, 2010:65).
            Peningkatan frekuensi denyut jantung yang terus-menerus pada suatu saat tidak akan meningkatkan curah jantung. Setelah 160 kali per-menit bagi yang tidak terlatih atau 180 kali per-menit bagi yang terlatih, maka denyut jantung akan mengalami floater, sehingga volume sekuncup akan berkurang. Frekuensi denyut jantung maksimal (intensitas maksimal/ 100%) secara sederhana sering ditentukan dengan rumus 220 dikurangi umur. Curah jantung pada intensitas 100% tidak berbeda banyak dengan curah jantung pada intensitas 90% (Sebastianus, 2011:4).
c.       Perubahan Tekanan Darah
            Meningkatnya hormon epinefrin saat latihan menyebabkan semakin kuatnya kontraksi otot jantung. Meskipun demikian, tekanan sistolik tidak langsung membumbung tinggi karena pengaruh epinefrin pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan pelebaran (dilatasi). Pelebaran pembuluh darah akan sangat tergantung kondisi pembuluh darah (Sebastianus, 2011:5). Peningkatan signifikan tekanan sistolik dan nadi, disebabkan oleh ejeksi darah oleh ventrikel kiri secara lebih cepat dan kuat, yang menyebabkan suatu peningkatan rata-rata tekanan darah arterial (Aaronson, 2010:65).
d.      Perubahan pada Darah
            Pada saat terjadi dilatasi arteriola, otot skelet meningkatkan hidrostatik kapiler. Sementara itu, rekruitmen kapiler meningkatkan area permukaan mikro-sirkulasi yang tersedia untuk pertukaran cairan. Efek ini, bersama dengan peningkatan osmolaritas interstisial yang disebabkan oleh peningkatan produksi metabolit dalam serabut otot melalui mekanisme starling, menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam otot. Selain itu, kehilangan cairan melalui keringat menyebabkan volume plasma menurun sebesar 15% selama menjalani latihan berat. Kehilangan cairan ini sebagian dikompensasi oleh peningkatan reabsorpsi cairan pada vascular bed yang mengalami vasokontriksi, sehingga  tekanan kapiler menurun (Aaronson, 2010:65).


e.       Perubahan Pendistribusian Darah Selama Berlatih
            Pada saat berlatih, darah akan banyak mengalir ke otot-otot yang terlibat dalam gerak. Darah akan mencukupi kebutuhan latihan seperti lemak dan gula untuk penyediaan energi dan membawa sisa-sisa metabolisme seperti air dan CO2. Darah yang menuju ke pencernaan, ginjal, hati, kulit, akan dikurangi. Semakin tinggi intensitas, darah yang ke otot akan semakin banyak.
                        Pendistribusian darah saat latihan pada pria kurang gerak (nilai dalam mL/min) dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
            Tabel 4. Curah Jantung dan Aliran Darah Regional (Aaronson, 2010:64)
Berdiri tenang
Latihan fisik
Curah jantung
5.900
24.000
Aliran darah ke:
Jantung
250
1000
Otak
750
750
Otot skelet aktif
650
20.850
Otot skelet inaktif
650
300
Kulit
500
500
Ginjal, hati, saluran gastrointestinal, dll
3100
600

            Perubahan kardiovaskular pada saat latihan disimpulkan dalam tabel 5 di bawah ini:
                        Tabel 5. Perubahan Kardiovaskular Saat Latihan (Abdul Alim dan                          Cerika Rismayanthi, 2011:6)
Variabel Kardiovaskular
Perubahan
Penyebab
Kecepatan denyut jantung
meningkat
Terjadi akibat peningkatan aktivitas simpatis dari penurunan aktivitas parasimpatis pada nodus SA.
Aliran balik vena
meningkat
Terjadi akibat vasokontriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis serta peningkatan aktivitas pompa otot rangka dan pompa respirasi.
Volume sekuncup
meningkat
Terjadi akibat peningkatan aliran bailk vena melalui mekanisme Frank-Starling (kecuali apabila waktu pengisian berkurang secara bermakna akibat tingginya kecepatan denyut jantung) dan akibat peningkatan kontraktilitas miokardium yang distimulasi oleh saraf simpatis.
Curah jantung
meningkat
Terjadi akibat peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Aliran darah ke otot rangka aktif dan otot jantung
meningkat
Terjadi akibat vasodilatasi arteriol yang dikontrol secara lokal, yang diperkuat oleh efek vasodilatasi epinefrin dan kalahnya efek vasokontriksi simpatis yang lebih lemah.
Aliran darah ke otak
tidak berubah
Terjadi karena stimulasi simpatis tidak berefek pada arteriol otak, mekanisme kontrol lokal mempertahankan aliran darah ke otak konstan apaun keadaannya.
Aliran darah kekulit
meningkat
Terjadi karena pusat kontrol hipotalamus menginduksi arteriol kulit, peningkatan aliran darah kulit membawa panas yang dihasilkan oleh otot yang berolahraga ke permukaan tubuh, sehingga panas dapat disalurkan ke lingkungan luar.
Aliran darah ke saluran pencernaan, ginjal dan organ lain
menurun
Terjadi akibat vasokontriksi arteriol yang diinduksi oleh saraf simpatis secara umum.
Resistensi perifer total
menurun
Terjadi karena resistensi di otot-otot rangka, jantung, dan kulit menurun dengan tingkat lebih besar daripada
peningkatan resistensi di organ-organ lain.
Tekanan darah arteri rata-rata
meningkat (sedang)
Terjadi curah jantung meningkat lebih besar dari pada penurunan resistensi perifer total.

            Sesaat setelah latihan, akan terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular. Baroreseptor akan merespons untuk memberikan penurunan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, begitu juga akan terjadi penurunan tekanan darah. Hal ini sebagai tugas baroreseptor untuk mengembalikan keadaan tubuh untuk menjadi seimbang atau disebut homeostatis. Denyut jantung biasanya dikembalikan dalam waktu kurang dari 5 sampai 10 detik setelah latihan (Hautala, 2004:22). Efek penurunan tekanan darah akibat latihan fisik, khususnya tekanan sistolik mulai terlihat pada 1-3 jam setelah melakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit. Efek penurunan darah ini akan terjadi lebih dari 9 jam setelah latihan fisik. Penurunan tekanan darah yang menetap akan lebih terlihat setelah 4 sampai 6 minggu latihan (Liu et al, 2012:1650). Tidak seperti pada penurunan tekanan darah sistolik, penurunan tekanan darah diastolik akibat latihan fisik berhubungan dengan lamanya latihan yang dilakukan (Zanabria and Welch, 2003.,Prijo Sudibjo: 2011:31).
            Recovery setelah latihan disebabkan reaktivasi vagal (parasimpatis) yang menjadi hal yang sangat penting selama menit pertama setelah latihan (Watanabe et al., 2001:1915). Regulasi oleh saraf parasimpatis pada denyut jantung terjadi dalam beberapa menit setelah latihan jangka pendek (10-20 menit) dengan intensitas sedang hingga sub-maksimal (Hautala, 2004:23). Peningkatan vagal tone (parasimpatis) dikaitkan dengan pengurangan risiko kematian pada seseorang dengan maupun tanpa penyakit kardiovaskuler. Aktivasi peningkatan saraf parasimpatis juga menunjukkan menunjukkan pada baiknya kapasitas fungsional kardiovaskular seseorang (Watanabe et al., 2001:2915).

Efek Kronis Latihan terhadap Kardiovaskular
            Latihan yang terprogram dan berkelanjutan dapat memperbaiki fungsi kardiovaskular melalui pembesaran ruang pada atrium maupun ventrikel pada jantung dan peningkatan elastisitas pembuluh darah (Sebastianus, 2011:13), Perbaikan kontrol metabolik (level glokosa dalam darah dan resistensi insulin) (Colberg, 2010:151), Penurunan tekanan darah, dan perbaikan fungsi ginjal (Prijo Sudibjo, 2011:28).
a.       Pembesaran Ruang Jantung
            Program latihan yang bersifat aerobik akan akan menyebabkan semakin besarnya ruang pada atrium maupun ventrikel pada jantung. Dengan demikian, volume darah sedenyut (stroke volume=SV) akan meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sekuncup, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen maupun membuang karbon dioksida jantung tidak perlu memompa dengan frekuensi yang tinggi. Hal ini juga akan menurunkan denyut jantung saat istirahat (Gielen, 2010:1226).
            Penurunan denyut jantung saat istirahat diakibatkan penurunan level serum katekolamin (Gielen, 2010:1226). Latihan aerobik selama 8 minggu dapat menurunkan 16% norepinefrin, hormon yang berhubungan dengan peningkaan denyut jantung (Coats et al, 1992, Gielen, 2010:1226).
            Peningkatan volume sekuncup maupun cardiac output akan diikuti bertambahnya pembuluh-pembuluh pada otot jantung, sehingga akan dapat mengurangi terganggunya aliran darah pada otot. Banyaknya pembuluh darah, akan saling menggantikan apabila ada satu atau beberapa pembuluh yang tersumbat (Sebastianus, 2011:7).
b.      Peningkatan Elastisitas Pembuluh Darah
            Pada orang yang terlatih, pembuluh darah saat latihan akan dipacu vasodilatasi, untuk memperlancar pengiriman nutrisi dan oksigen, sehingga proses metabolisme dan pertukaran gas berjalan lancar. Hal ini akan diadaptasi oleh pembuluh darah, setelah latihan kronis, elastisitas pembuluh darah akan semakin meningkat. Latihan secara signifikan dapat memperbaiki endothelium-dependent, penghubung laju dilatasi pada peleberan arteri pada otot yang dilatih (Gielen, 2010:1227).
            Perubahan struktural vaskular karena latihan fisik merupakan remodeling vaskular berupa perpanjangan dan pelebaran pembuluh darah ateri dan vena atau pembentukan vaskular baru (neovaskularisasi) (Prijo Sudibjo, 2011:30). Latihan fisik juga menunjukkan dapat meningkatkan diameter pembuluh darah, penurunan rasio tebal tunika intima-media serta pembesaran pembuluh darah secara tetap (Pescatello et al., 2004, Prijo Sudibjo, 2011:30).
c.       Perbaikan Kontrol Metabolisme
            Perbaikan kontrol metabolisme dikaitkan dengan resistensi diameter pembuluh darah akan keberadaan oksigen atau metabolik sensor yang tergabung pada sel otot vaskular lunak untuk mengontrol vascular tone (Deusen et al, 2006, Gielen et al., 2010:1230).
            Perbaikan metabolisme juga berhubungan dengan perbaikan insulin dan glukosa dalam darah. Latihan aerobik selama satu minggu dapat memperbaiki sensivitas insulin pada penderita diabetes (Winnick et al., 2008, Colberg et al., 2010:151). Latihan teratur dapat meningkatkan responsivitas otot rangka pada insulin dengan meningkatkan fungsi dan atau aktivitas protein termasuk metabolisme glukosa dan insulin signaling (Colberg et al.,2010:152).

d.      Perbaikan Fungsi Ginjal
            Perbaikan pada fungsi ginjal juga terjadi akibat efek kronis latihan. Ginjal berfungsi dalam pengaturan sodium plasma dan dengan demikian akan membantu pengaturan plasma dan cardic output (Zanabria and Welch, 2003, Prijo Sudbjo,2011:30). Hal ini sangat pembantu dalam pengontrolan maupun penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
e.       Penurunan Tekanan Darah
            Latihan dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah saat istirahat pada kelompok usia 45-60 tahun dengan lama latihan bervariasi, hasilnya sudah terlihat pada minggu pertama, namun lebih terlihat setelah 4 sampai 6 minggu latihan (Liu et al, 2012:1650).
            Tekanan darah pada hipertensi akan menurun diakibatkan adanya perbaikan faktor-faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain: peningkatan elastisitas pembuluh darah, semakin optimalnya kerja jantung (cardiac output), menurunnya tahanan perifer akibat peningkatnya diameter pembuluh darah dan menurunnya viskositas darah, dan terkontrolnya volume darah. Penurunan pembuluh darah perifer setelah melakukan latihan fisik menyebabkan diameter pembuluh darah bertambah, diakibatkan karena menurunnya pengaruh saraf simpatis atau bertambahnya pengaruh vasodilator lokal seperti nitric oxide. Vasodilator ini produksinya dapat ditingkatkan (Pescatello et al., 2004, Prijo Sudibjo, 2011:30).
            Hal lain yang dapat menurunkan tekanan darah akibat latihan fisik adalah: penurunan norepinefrin plasma darah yang berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah dan perbaikan fungsi ginjal (Prijo Sudibjo, 2011:30).











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata yaitu jantung dan pembuluh darah dan 3 komponen yaitu  salah satunya adalah hemoglobin dalam darah yang juga berperan dalam sistem sirkulasi. Jantung telah aktif dalam masa janin ketika berusia 3 bulan dalam kandungan dengan proses sirkulasi melalui plasenta. Dengan seringnya jantung diberi beban latihan yang terus-menerus dan berkesinambungan secara otomatis otot jantung beradaptasi sehingga kekuatan jantung dalam memompakan darah menjadi lebih meningkat dibanding sebelum latihan, karena kinerja jantung menjadi lebih baik maka suplai oksigen bagi organel-organel lainnya tercukupi dengan sendirinya organel-organel tersebut dapat bekerja sesuai fungsinya menjadi lebih baik. Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment