Tugas Individu Mata
Kuliah Psikologi Olahraga
Dosen Pengampu
Prof.Dr.Suharjana, M.Kes
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Pada saat bermain dalam
tim sepak bola Manchester united, david beckham sempat terkenal sebagai pemain
sayap kanan terbaik dunia karena
performanya yang hebat.ia mampu membantu timnya menjadi klub yang merajai sepak bola inggris dan eropa. Namun ketika di
memutuskan untuk pindah dan bermain di salah satu tim sepakbola terbaik di dunia,real Madrid,dia tidak mampu
menunjukan performa terbaiknya seperti yang
pernah dia lakukan di Manchester united,permainanya semakin lama semakin
menurun hingga dia kesulitan masuk tim nasional inggris padahal sebelumnya
beckham adalah kapten di tim nasional inggris
Dalam dunia
olahraga,kita sering melihat fenomena dimana seorang atlet dalam olahraga tim
mempunyai performa yang tidak stabil seperti contoh di atas.berbeda dengan
olahrga individu, dala olahraga tim yang hasil pertandinganya bisa
menang,imbang,dan kalah, ketika seorang atlet menampilkan performa yang
baik,bisa saja timnya mendapatkan kekalahan, dan juga sebaliknya.banyak factor
mempengaruhi baik buruknya performa atlet di dalam sebuah tim olahraga.hal ini
disebabkan karena performa olahraga dipengaruhi oleh factor situasi dan
individu (ramzaninezhad,keshtan,shahamat,&kordshooli,2009).
Salah satu factor
situasi yang mempengaruhi performa olahraga dalam olahrga tim adalah group
cohesion atau kepaduan team. Kepaduan tim adalah sebua proses dinamis yang
mereflesikan kecenderungan kelompok untuk terikat bersama dan bersatu dalam
mencapai sebuah tujuan,serta kepuasan kebutuhan afeksi dari kelompok
(Carron,Widmeyer,&Brawley 1985).definisi tersebut menyoroti empat
karakteristik pentik dari kepaduan team,yaitu multidimensi (terdiri dari
dimensi individual attraction to group-task,individual attraction to group
social, group integration-task, dan group integration-social), dinamis
(tingkatnya bisa berubah), instrumental (mempunyai tujuan), dan afeksi.
Penelitian empiris yang menguji asosiasi kepaduan tim terhadap performa
olahraga menemukan hasil yang konsisten bahwa tingkat kepaduan tim yang tinggi
mempunyai korelasi positif dan kuat terhadap performa atlet dan kesuksesan tim
(carron,coman,wheeler,stevens,2002), selain dipengaruhi oleh factor
situasi,performa atlet di dalam olahraga tim juga dipengaruhi oleh factor
individu di antaranya mood,kepercayaan diri,motivasi dan stress, serta
competitive state anxiety.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa Faktor-faktor yang
berkonstribusi Terhadap Kohesivitas Kelompok?
2.
Apa
Kohesivitas
Kelompok itu?
3.
Apa
Pengertian
Kohesivitas itu?
C.
Tujuan
Tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk mengkaji literature tentang faktor apa saja yang
bisa menimbulkan kohesivitas dalam olahraga.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kohesivitas
Dewi (2007) menuturkan bahwa Cohesiveness
atau kohesivitas dapat diartikan sebagai bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu
pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan. Selanjutnya
Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa “kekompakan (cohesiveness) adalah
tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap
kelompoknya.” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kohesivines merupakan
suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan
hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok.
Festinger, et al., (1950) memberikan definisi tentang kohesi
yaitu: “cohesiveness was viewed as the sum of forces that cause members to
remain in the group”. Dalam konsep tersebut kohesi dipandang sebagai
sejumlah tenaga yang menyebabkan anggotanya betah tetap tinggal dalam
kelompoknya. Gross dan Martin (1951) mengemukakan kohesi merupakan kebalikan
dari definsi sebelumnya: “cohesiveness dipandang sebagai sesuatu penolakan
terhadap kekuatan yang akan mengganggu/mengacaukan kelompok atau tim.
Lebih lanjut Carron (1982) mengatakan: “cohesiveness is
the dynamic process which is reflected in the tendency for a group to stick
together and remain united in the pursuit of its goals and objectives”.
Kohesi merupakan proses dinamis yang direfleksikan dalam kecenderungan kelompok
untuk tetap bersama dan menyatu dalam mencapai tujuan. Dalam definisi tersebut,
ada dua aspek yang perlu digarisbawahi: Pertama, dinamis merupakan sebuah
pengakuan terhadap cara anggota kelompok secara individu yang merasakan orang
lain dan kelompok beserta tujuannya yang berubah-ubah sepanjang waktu. Umumnya
semakin lama tinggal bersama dalam kelompok, semakin kuat pertalian yang
terjalin. Tetapi cohesiveness tidak statis, ia berkembang dan
menurun sedikit-sedikit, kemudian memperbaharui diri kembali dan meningkat
lagi, dan menurun kembali sedikit-demi sedikit. Pola ini berulang-ulang
sepanjang arah keberadaan kelompok. Kedua, tujuan kelompok, tujuan ini sangat
kompleks dan beragam, sehingga kohesi mempunyai banyak dimensi.
Kohesivitas
merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas
ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya
senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan
pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa
yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan
kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan
untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan,
dan saling menarik dari anggota kelompok. Kohesivitas dapat di gambarkan
sebagai berikut ( carron, 1982):
2. Kohesivitas Kelompok
Kekompakan tim diartikan sebagai kekuatan sosial yang muncul untuk
mempertahankan daya tarik diantaranya anggota kelompoknya dan melawan
kelompok-kelompok yang di anggap mengganggu Itu berarti salah satu yang
menyebabkan timbulnya kekompakan tim ialah adanya kepahaman antar anggotanya
dan saling bahu membahu untuk mempertahankan anggotanya dari perlawanan
kelompok lain. Ada lima hal yang bisa menjadi bahan latihan kekompakan dalam
sebuah tim, yaitu:
·
Komunikasi, meliputi
kelancaran komunikasi, tepat dan akurat menyampaikan informasi, dan saling
terbuka
·
Respek satu sama lain,
meliputi memahami kebutuhan dan mendengarkan pendapat pihak lain,
memberikan feedback konstruktif serta memberi apresiasi.
·
Kesiapan menerima tantangan,
kegigihan dan ketekunan dalam bekerja.
·
Kerja sama, meliputi
kemampuan memahami pentingnya komitmen, kepercayaan, penyelesaian masalah
bersama, kejelasan tujuan, memberi dukungan dan motivasi, serta mengakui
kesuksesan.
·
Kepemimpinan, baik memimpin
orang lain, tim, maupun memimpin diri sendiri..
Kekompakan ditandai
dengan kuatnya hubungan antar anggota tim yang saling merasakan adanya
ketergantungan dalam urutan tugas, ketergantungan hasil yang ingin dicapai dan
komitmen yang tinggi sebagai bagian dari sebuah tim. Carron 1982, Carron
et al 1985 and Hausenblas 1998 dalam buku The Social Psychology of
Exercise and Sport mengusulkan kerangka konseptual dari kekompakan tim
dalam olahraga yang menyangkut beberapa faktor yang berkonstribusi terhadap
pembentukan kekompakan tim dan hasil yang didapatkan dari kekompakan tim.
Dalam menumbuhkan
kohesivitas kelompok ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
·
Saling menghormati dan meningkatkan rasa toleransi, baik antara sesama
atlet maupun antara atlet dengan pelatih.
·
Menciptakan pola hubungan komunikasi yang efektif baik antara sesama atlet
maupun antara atlet dengan pelatih.
·
Menumbuhkan rasa sebagai anggota yang berarti bagi kelompok, dengan jalan
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap upaya keras dan pengorbanan yang
diberikan atlet dan pelatih, serta dukungan moral dari sesama atlet termasuk
oleh pelatih.
·
Menumbuhkan keyakinan, kesediaan dan komitmen yang tinggi untuk menerima
dan berupaya mencapai tujuan bersama.
·
Perlakuan yang bijak dan
adil bagi setiap atlet, serta memperoleh kesempatan yang sama untuk
mengembangkan minat dan bakat secara optimal.
3. Faktor-faktor yang berkonstribusi Terhadap
Kohesivitas Kelompok
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terbentuknya kekompakan
tim menurut Carron’s (1982) ialah faktor individu, faktor tim, faktor
kepemimpinan dan faktor lingkungan. Sedangkan yang menjadi goal nya ialah
meliputi individu (sasaran utamanya tingkah laku) dan tim (kestabilan tim).
Dibawah ini dijelaskan mengenai faktor-faktor tersebut:
a.
Faktor Individu
Faktor individu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya kekompakan tim.Setiap anggota tim mempunyai kemampuan, sifat perilaku, keinginan, masalah
dan tugas yang berbeda beda. Interaksi ini menimbulkan terjadinya sebuah
dinamika tim dan grup sendiri. Sering dalam tim terjadi perbedaan pendapat,
perselisihan bahkan pertengkaran antar anggota. Tentunya hal ini dapat memberi
pengaruh negatif terhadap tim yang dapat mempengaruhi prestasi tim sendiri.
Oleh karena itu diperlukan kebersamaan, saling pengertian dan kerjasama dalam
tim agar terjadi iklim positif di dalam tubuh tim yang dapat menunjang
prestasi.
Faktor individu mencerminkan adanya kekuatan dari masing-masing anggota tim
untuk mencapai tujuan bersama dan memotivasinya untuk berhasil mencapai tujuan
tersebut. Motivasi
merupakan salah satu kunci agar atlet atau tim olahraga dapat berprestasi
maksimal. Sedangkan kekompakan dapat menjadi salah satu pendorong motivasi
menjadi lebih besar. Motivasi juga menyangkut masalah ketertarikan atlet
sebagai tim terhadap kehidupan tim , seperti dorongan menyatu dalam tim,
semangat untuk mencapai tujuan bersama, orientasi terhadap tim, dorongan untuk
memenuhi kebutuhan dalam tim, dan kerjasama dalam tim. Yang semuanya itu akan berdampak pada kepuasaan dari seluruh
anggota tim.
b.
Faktor Tim
Setiap tim memiliki sebuah struktur atau
susunan tertentu
yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya.
Agar dalam sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim
yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Ada dua
hal yang harus diperhatikan, yakni:
·
Peran Kelompok
Sebuah peran diberikan kepada anggota tim
disesuaikan dengan posisinya di dalam grup. Sebagai contoh, seperti
seorang pelatih yang bertugas untuk melatih, membuat program latihan, dan
berhubungan dengan ofisial sekolah dan menjadi contoh yang baik. Dalam peran kelompok ada beberapa peran yang bisa menjadikan
kekompakan tim diantaranya ialah peran formal melawan informal, kejelasan peran, penerimaan peran, konflik peran.
·
Norma Kelompok
Norma adalah level penampilan, pola perilaku,
atau keyakinan. Di dalam tim olahraga norma mungkin meliputi latihan perilaku,
pakaian, potongan rambut, interaksi antara pemain pendatang baru dengan pemain
veteran atau siapa yang memegang control saat situasi kritis. Dalam norma kelompok ada beberapa poin yang bisa menjadikan
kekompakan tim diantaranya ialah norma untuk produktifitas, norma positif, modifikasi norma tim.
Faktor tim termasuk variabel psikologis yang
beroperasi pada tingkat kelompok, seperti norma kelompok dan keberhasilan
kolektif. Ini berkaitan dengan faktor-faktor pribadi seperti tugas self-efficacy.
c.
Faktor
Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam tim terlihat dalam
gaya-gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pelatih
(salah satunya) dalam
tim, filosofis pemimpin, pengambilan keputusan, pembagian tugas, dan wewenang
dalam tim. Kepemimpinan dalam tim sebagian besar atau seringkali dipegang oleh
seorang pelatih atau manjer dan kapten tim sendiri. Gaya kepemimpinan
berpengaruh dalam dinamika tim karena dapat menimbulkan reaksi yang beraneka
ragam dalam tubuh tim atau setiap anggotanya.
Itu berarti faktor kepemimpinan dapat mempengaruhi kekompakan langsung maupun
tidak langsung dan memiliki potensi untuk mempengaruhi kekompakan kelompok.
Dalam hal ini, yang menjadi pemimpin (pelatih, kapten, manajer) mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk memotivasi anggotanya atau atletnya sehingga
mereka bisa dan merasa mampu mengemban tugasnya dengan baik.Pemimpin yang
efektif adalah seseorang yang dapat menjadikan anggotanya merasa kebutuhannya
dapat terpenuhi, dan dirinya sendiri merasa anggotanya dapat memenuhi
kebutuhannya. Efektifitas pemimpin pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor
yang kompleks, yaitu:
a.
Faktor individu
pemimpin. Faktor ini menyangkut kepada kualitas individual pemimpin yang
berpengaruh langsung terhadap efektivitas pemimpin seperti usia dan pengalaman;
kompetensi teknis; dan gaya yang digunakan dalam memimpin.
b.
Faktor pengikut. Faktor
ini menyangkut kualitas perilaku kepemimpinan yang baik memerlukan pemahaman
tentang para pengikutnya ataui orang-orang yang dipimpin. Dapat diyakini
bahwa kepribadian, sifat, watak, dan perilaku pengikut mempunyai pengaruh yang
besar terhadap efektivitas pemimpin. Beberapa sifat pengikut yang penting untuk
dipertimbangkan adalah kebutuhan berafiliasi, kebutuhan mencapai sesuatu,
mengharapkan hadiah (reward), kebutuhan untuk tidak tergantung pada orang
lain, penerimaan pada otoritas dan toleransi terhadap kemenduaan
(ambiguity). Adanya hubungan antara sifat pengikut dengan efektivitas pemimpin
secara parsial dapat terbukti dari fakta-fakta bahwa tipe sifat tertentu dari
pengikut akan merespon dengan baik atau sebaliknya merespon dengan buruk
terhadap gaya kepemimpinan tertentu yang diterapkan pemimpin.
c.
Faktor kondisi
lingkungan. Faktor ini terdapat pada saat pelaksanaan tugas dan akan
berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya pemimpin. Beberapa faktor lingkungan
yang dapat berpengaruh adalah sifat tugas, derajat ketertekanan (stress),
kejelasan peran, ukuran kelompok, kendala waktu,dan ketergantungan tugas.
Ketiga
faktor tersebut, saling berinteraksi dalam proses berlangsungnya aktivitas
masing-masing faktor dan akan memberikan warna tersendiri dan andil dalam hal
menjadikan efektif atau tidaknya kepemimpinan. Apabila faktor-faktor itu dapat berada
pada kondisi yang saling mendukung, maka akan terjadilah kepemimpinan yang
benar-benar efektif.
d.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor terakhir yang mendukung terjadinya
kekompakan tim. Dalam faktor lingkungan situasi kedekatan diri (fisik) di
kehidupan sehari-hari dapat menjadikan antar individu semakin dekat. Dengan
seringnya seseorang menghabiskan waktu bersama-sama maka itu akan lebih
cenderung kompak. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tim menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama di
kamp pelatihan lebih cenderung menjadi sangat kompak (Rainey dan Schweickert 1988) dalam Hagger and Nikos. (2005).
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
kajian literature pada pembahasan dapat disimpulkan:
Kohesivines diartikan sebagai suatu keadaan dari sekumpulan
individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam
sebuah tim atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap terwujudnya kohesivines
dalam sebuah tim atau kelompok ialah faktor individu, faktor tim, faktor
kepemimpinan dan faktor lingkungan.
Dari ke empat faktor yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi
sasaran atau goal ialah kekompakan tim. Dan dari kekompakan tim yang menjadi
tujuannya ialah menjadikan individu mempunyai tingkah laku yang baik yang
mencakup seluruh performa individu tersebut. Sedangkan tujuan keduanya ialah
menjadikan tim yang stabil dalam performa
DAFTAR
PUSTAKA
Carron
Albert. V. (1982). Social Psychology
of Sport. New York: Wilcox Press, Inc.
Hagger, Martin
and Chatzisarantis, Nikos. (2005). The
Social Psychology of Exercise and Sport.
Husdarta.
(2011). Psikologi Olahraga. Bandung:
Alfabeta
Noname.
(2011). Dinamika Tim. [online].
Tersedia http://penjaskes pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2011/10/dinamika-tim-dan-grup-mata-kuliah.html
No comments:
Post a Comment