Sponsor

Sunday, 3 May 2015

GROUP COHESION (KOHESIVITAS DALAM OLAHRAGA)

GROUP COHESION (KOHESIVITAS DALAM OLAHRAGA)

Tugas Individu Mata Kuliah Psikologi Olahraga
Dosen Pengampu Prof.Dr.Suharjana, M.Kes







BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pada saat bermain dalam tim sepak bola Manchester united, david beckham sempat terkenal sebagai pemain sayap kanan  terbaik dunia karena performanya yang hebat.ia mampu membantu timnya menjadi klub yang merajai  sepak bola inggris dan eropa. Namun ketika di memutuskan untuk pindah dan bermain di salah satu tim sepakbola  terbaik di dunia,real Madrid,dia tidak mampu menunjukan performa terbaiknya seperti yang  pernah dia lakukan di Manchester united,permainanya semakin lama semakin menurun hingga dia kesulitan masuk tim nasional inggris padahal sebelumnya beckham adalah kapten di tim nasional inggris
Dalam dunia olahraga,kita sering melihat fenomena dimana seorang atlet dalam olahraga tim mempunyai performa yang tidak stabil seperti contoh di atas.berbeda dengan olahrga individu, dala olahraga tim yang hasil pertandinganya bisa menang,imbang,dan kalah, ketika seorang atlet menampilkan performa yang baik,bisa saja timnya mendapatkan kekalahan, dan juga sebaliknya.banyak factor mempengaruhi baik buruknya performa atlet di dalam sebuah tim olahraga.hal ini disebabkan karena performa olahraga dipengaruhi oleh factor situasi dan individu (ramzaninezhad,keshtan,shahamat,&kordshooli,2009).
Salah satu factor situasi yang mempengaruhi performa olahraga dalam olahrga tim adalah group cohesion atau kepaduan team. Kepaduan tim adalah sebua proses dinamis yang mereflesikan kecenderungan kelompok untuk terikat bersama dan bersatu dalam mencapai sebuah tujuan,serta kepuasan kebutuhan afeksi dari kelompok (Carron,Widmeyer,&Brawley 1985).definisi tersebut menyoroti empat karakteristik pentik dari kepaduan team,yaitu multidimensi (terdiri dari dimensi individual attraction to group-task,individual attraction to group social, group integration-task, dan group integration-social), dinamis (tingkatnya bisa berubah), instrumental (mempunyai tujuan), dan afeksi. Penelitian empiris yang menguji asosiasi kepaduan tim terhadap performa olahraga menemukan hasil yang konsisten bahwa tingkat kepaduan tim yang tinggi mempunyai korelasi positif dan kuat terhadap performa atlet dan kesuksesan tim (carron,coman,wheeler,stevens,2002), selain dipengaruhi oleh factor situasi,performa atlet di dalam olahraga tim juga dipengaruhi oleh factor individu di antaranya mood,kepercayaan diri,motivasi dan stress, serta competitive state anxiety.


B. Rumusan Masalah
1.      Apa Faktor-faktor yang berkonstribusi Terhadap Kohesivitas Kelompok?
2.      Apa Kohesivitas Kelompok itu?
3.      Apa Pengertian Kohesivitas itu?
C.    Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengkaji literature tentang faktor apa saja yang bisa menimbulkan kohesivitas dalam olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Kohesivitas
 Dewi (2007) menuturkan bahwa Cohesiveness atau kohesivitas dapat diartikan sebagai bekerja sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan. Selanjutnya Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa “kekompakan (cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya.” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kohesivines merupakan suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok.
Festinger, et al., (1950) memberikan definisi tentang kohesi yaitu: “cohesiveness was viewed as the sum of forces that cause members to remain in the group”. Dalam konsep tersebut kohesi dipandang sebagai sejumlah tenaga yang menyebabkan anggotanya betah tetap tinggal dalam kelompoknya. Gross dan Martin (1951) mengemukakan kohesi merupakan kebalikan dari definsi sebelumnya: “cohesiveness dipandang sebagai sesuatu penolakan terhadap kekuatan yang akan mengganggu/mengacaukan kelompok atau tim.
Lebih lanjut Carron (1982) mengatakan: “cohesiveness is the dynamic process which is reflected in the tendency for a group to stick together and remain united in the pursuit of its goals and objectives”. Kohesi merupakan proses dinamis yang direfleksikan dalam kecenderungan kelompok untuk tetap bersama dan menyatu dalam mencapai tujuan. Dalam definisi tersebut, ada dua aspek yang perlu digarisbawahi: Pertama, dinamis merupakan sebuah pengakuan terhadap cara anggota kelompok secara individu yang merasakan orang lain dan kelompok beserta tujuannya yang berubah-ubah sepanjang waktu. Umumnya semakin lama tinggal bersama dalam kelompok, semakin kuat pertalian yang terjalin. Tetapi cohesiveness tidak  statis, ia berkembang dan menurun sedikit-sedikit, kemudian memperbaharui diri kembali dan meningkat lagi, dan menurun kembali sedikit-demi sedikit. Pola ini berulang-ulang  sepanjang arah keberadaan kelompok. Kedua, tujuan kelompok, tujuan ini sangat kompleks dan beragam, sehingga kohesi mempunyai banyak dimensi.
Kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok. Kohesivitas dapat di gambarkan sebagai berikut ( carron, 1982):


2.      Kohesivitas Kelompok
Kekompakan tim diartikan sebagai kekuatan sosial yang muncul untuk mempertahankan daya tarik diantaranya anggota kelompoknya dan melawan kelompok-kelompok yang di anggap mengganggu Itu berarti salah satu yang menyebabkan timbulnya kekompakan tim ialah adanya kepahaman antar anggotanya dan saling bahu membahu untuk mempertahankan anggotanya dari perlawanan kelompok lain. Ada lima hal yang bisa menjadi bahan latihan kekompakan dalam sebuah tim, yaitu:
·      Komunikasi, meliputi kelancaran komunikasi, tepat dan akurat menyampaikan informasi, dan saling terbuka
·      Respek satu sama lain, meliputi memahami kebutuhan dan mendengarkan pendapat pihak lain, memberikan feedback konstruktif serta memberi apresiasi.
·      Kesiapan menerima tantangan, kegigihan dan ketekunan dalam bekerja.
·      Kerja sama, meliputi kemampuan memahami pentingnya komitmen, kepercayaan, penyelesaian masalah bersama, kejelasan tujuan, memberi dukungan dan motivasi, serta mengakui kesuksesan.
·      Kepemimpinan, baik memimpin orang lain, tim, maupun memimpin diri sendiri..
Kekompakan ditandai dengan kuatnya hubungan antar anggota tim yang saling merasakan adanya ketergantungan dalam urutan tugas, ketergantungan hasil yang ingin dicapai dan komitmen yang tinggi sebagai bagian dari sebuah tim. Carron 1982, Carron et al 1985 and Hausenblas 1998 dalam buku The Social Psychology of Exercise and Sport mengusulkan kerangka konseptual dari kekompakan tim dalam olahraga yang menyangkut beberapa faktor yang berkonstribusi terhadap pembentukan kekompakan tim dan  hasil yang didapatkan dari kekompakan tim.
Dalam menumbuhkan kohesivitas kelompok ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
·         Saling menghormati dan meningkatkan rasa toleransi, baik antara sesama atlet maupun antara atlet dengan pelatih.
·         Menciptakan pola hubungan komunikasi yang efektif baik antara sesama atlet maupun antara atlet dengan pelatih.
·         Menumbuhkan rasa sebagai anggota yang berarti bagi kelompok, dengan jalan memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap upaya keras dan pengorbanan yang diberikan atlet dan pelatih, serta dukungan moral dari sesama atlet termasuk oleh pelatih.
·         Menumbuhkan keyakinan, kesediaan dan komitmen yang tinggi untuk menerima dan berupaya mencapai tujuan bersama.
·         Perlakuan yang bijak dan adil bagi setiap atlet, serta memperoleh kesempatan yang sama untuk mengembangkan minat dan bakat secara optimal.
3.      Faktor-faktor yang berkonstribusi Terhadap Kohesivitas Kelompok
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terbentuknya kekompakan tim menurut Carron’s (1982) ialah faktor individu, faktor tim, faktor kepemimpinan dan faktor lingkungan. Sedangkan yang menjadi goal nya ialah meliputi individu (sasaran utamanya tingkah laku) dan tim (kestabilan tim). Dibawah ini dijelaskan mengenai faktor-faktor tersebut:
a.      Faktor Individu
         Faktor individu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kekompakan tim.Setiap anggota tim mempunyai kemampuan, sifat perilaku, keinginan, masalah dan tugas yang berbeda beda. Interaksi ini menimbulkan terjadinya sebuah dinamika tim dan grup sendiri. Sering dalam tim terjadi perbedaan pendapat, perselisihan bahkan pertengkaran antar anggota. Tentunya hal ini dapat memberi pengaruh negatif terhadap tim yang dapat mempengaruhi prestasi tim sendiri. Oleh karena itu diperlukan kebersamaan, saling pengertian dan kerjasama dalam tim agar terjadi iklim positif di dalam tubuh tim yang dapat menunjang prestasi.
           Faktor individu mencerminkan adanya kekuatan dari masing-masing anggota tim untuk mencapai tujuan bersama dan memotivasinya untuk berhasil mencapai tujuan tersebut. Motivasi merupakan salah satu kunci agar atlet atau tim olahraga dapat berprestasi maksimal. Sedangkan kekompakan dapat menjadi salah satu pendorong motivasi menjadi lebih besar. Motivasi juga menyangkut masalah ketertarikan atlet sebagai tim terhadap kehidupan tim , seperti dorongan menyatu dalam tim, semangat untuk mencapai tujuan bersama, orientasi terhadap tim, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dalam tim, dan kerjasama dalam tim. Yang semuanya itu akan berdampak pada kepuasaan dari seluruh anggota tim.
b.      Faktor Tim
            Setiap tim memiliki sebuah struktur atau susunan tertentu yang disesuaikan dengan tugas dan kewajibannya atau sesuai dengan posisinya. Agar dalam sebuah grup individu dapat menjadi sebuah tim yang efektif penting untuk membentuk struktur yang memiliki karakter. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni:
·         Peran Kelompok
Sebuah peran diberikan kepada anggota tim disesuaikan dengan posisinya di dalam grup. Sebagai contoh, seperti seorang pelatih yang bertugas untuk melatih, membuat program latihan, dan berhubungan dengan ofisial sekolah dan menjadi contoh yang baik. Dalam peran kelompok ada beberapa peran yang bisa menjadikan kekompakan tim diantaranya ialah peran formal melawan informal, kejelasan peran, penerimaan peran, konflik peran.
·         Norma Kelompok
Norma adalah level penampilan, pola perilaku, atau keyakinan. Di dalam tim olahraga norma mungkin meliputi latihan perilaku, pakaian, potongan rambut, interaksi antara pemain pendatang baru dengan pemain veteran atau siapa yang memegang control saat situasi kritis. Dalam norma kelompok ada beberapa poin yang bisa menjadikan kekompakan tim diantaranya ialah norma untuk produktifitas, norma positif, modifikasi norma tim.
Faktor tim termasuk variabel psikologis yang beroperasi pada tingkat kelompok, seperti norma kelompok dan keberhasilan kolektif. Ini berkaitan dengan faktor-faktor pribadi seperti tugas self-efficacy.
c.             Faktor Kepemimpinan
            Kepemimpinan dalam tim terlihat dalam gaya-gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pelatih (salah satunya) dalam tim, filosofis pemimpin, pengambilan keputusan, pembagian tugas, dan wewenang dalam tim. Kepemimpinan dalam tim sebagian besar atau seringkali dipegang oleh seorang pelatih atau manjer dan kapten tim sendiri. Gaya kepemimpinan berpengaruh dalam dinamika tim karena dapat menimbulkan reaksi yang beraneka ragam dalam tubuh tim atau setiap anggotanya.
            Itu berarti faktor kepemimpinan dapat mempengaruhi kekompakan langsung maupun tidak langsung dan memiliki potensi untuk mempengaruhi kekompakan kelompok. Dalam hal ini, yang menjadi pemimpin (pelatih, kapten, manajer) mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memotivasi anggotanya atau atletnya sehingga mereka bisa dan merasa mampu mengemban tugasnya dengan baik.Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat menjadikan anggotanya merasa kebutuhannya dapat terpenuhi, dan dirinya sendiri merasa anggotanya dapat memenuhi kebutuhannya. Efektifitas pemimpin pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor yang kompleks, yaitu:
a.      Faktor individu pemimpin. Faktor ini menyangkut kepada kualitas individual pemimpin yang berpengaruh langsung terhadap efektivitas pemimpin seperti usia dan pengalaman; kompetensi teknis; dan gaya yang digunakan dalam memimpin.
b.      Faktor pengikut. Faktor ini menyangkut kualitas perilaku kepemimpinan yang baik memerlukan pemahaman tentang para pengikutnya ataui orang-orang yang dipimpin. Dapat diyakini bahwa kepribadian, sifat, watak, dan perilaku pengikut mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas pemimpin. Beberapa sifat pengikut yang penting untuk dipertimbangkan adalah kebutuhan berafiliasi, kebutuhan mencapai sesuatu, mengharapkan hadiah (reward), kebutuhan untuk tidak tergantung pada orang lain, penerimaan pada otoritas dan toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity). Adanya hubungan antara sifat pengikut dengan efektivitas pemimpin secara parsial dapat terbukti dari fakta-fakta bahwa tipe sifat tertentu dari pengikut akan merespon dengan baik atau sebaliknya merespon dengan buruk terhadap gaya kepemimpinan tertentu yang diterapkan pemimpin.
c.       Faktor kondisi lingkungan. Faktor ini terdapat pada saat pelaksanaan tugas dan akan berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya pemimpin. Beberapa faktor lingkungan yang dapat berpengaruh adalah sifat tugas, derajat ketertekanan (stress), kejelasan peran, ukuran kelompok, kendala waktu,dan ketergantungan tugas.
Ketiga faktor tersebut, saling berinteraksi dalam proses berlangsungnya aktivitas masing-masing faktor dan akan memberikan warna tersendiri dan andil dalam hal menjadikan efektif atau tidaknya kepemimpinan. Apabila faktor-faktor itu dapat berada pada kondisi yang saling mendukung, maka akan terjadilah kepemimpinan yang benar-benar efektif.
d.      Faktor Lingkungan
            Faktor lingkungan merupakan faktor terakhir yang mendukung terjadinya kekompakan tim. Dalam faktor lingkungan situasi kedekatan diri (fisik) di kehidupan sehari-hari dapat menjadikan antar individu semakin dekat. Dengan seringnya seseorang menghabiskan waktu bersama-sama maka itu akan lebih cenderung kompak. Penelitian telah menunjukkan bahwa tim menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama di kamp pelatihan lebih cenderung menjadi sangat kompak (Rainey dan Schweickert 1988) dalam Hagger and Nikos. (2005).
         




BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan kajian literature pada pembahasan dapat disimpulkan:
Kohesivines diartikan sebagai suatu keadaan dari sekumpulan individu-individu yang menggambarkan keeratan hubungan diantara mereka di dalam sebuah tim atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap terwujudnya kohesivines dalam sebuah tim atau kelompok ialah faktor individu, faktor tim, faktor kepemimpinan dan faktor lingkungan.
Dari ke empat faktor yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi sasaran atau goal ialah kekompakan tim. Dan dari kekompakan tim yang menjadi tujuannya ialah menjadikan individu mempunyai tingkah laku yang baik yang mencakup seluruh performa individu tersebut. Sedangkan tujuan keduanya ialah menjadikan tim yang stabil dalam performa


DAFTAR PUSTAKA

Carron Albert. V. (1982). Social Psychology of Sport. New York: Wilcox Press, Inc.
Hagger, Martin and Chatzisarantis, Nikos. (2005). The Social Psychology of Exercise and Sport.
Husdarta. (2011). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta
Noname. (2011). Dinamika Tim. [online]. Tersedia http://penjaskes pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.com/2011/10/dinamika-tim-dan-grup-mata-kuliah.html





No comments:

Post a Comment