Sponsor

Monday, 10 February 2014

ANGULAR KINETICS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.
Biomekanika olahraga adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada saat melakukan aktifitas olahraga. Ilmu ini menjelaskan bagaimana pengetahuan mekanika cabang olahraga, misalnya ketika membandingkan penampilan dua orang atlet, kita seringkali menyatakan bahwa salah satu atlet mempunyai teknik gerakan yang lebih baik. Teknik merupakan pola dan rangkaian gerak yang digunakan atlet untuk menampilkan keterampilan cabang olahraga, seperti pasing bawah dalam bola voli, atau banting panggul dalam judo.
Keterampilan cabang olahraga bervariasi dalam jumlah dan tipenya. Dalam beberapa cabang olahraga (seperti lempar cakram dan lembing) hanya terdapat satu keterampilan yang harus ditampilkan, pelempar harus memberikan putaran dan melemparkan cakram. Tetapi dalam permainan tenis, pemain harus melakukan forehand, backhand, dan servis. Tiap keterampilan dalam servis tenis atau lempar cakram mempunyai tujuan khusus yang ditentukan oleh aturan cabang olahraga itu sendiri. Pemain tenis ingin menempatkan bolanya melewati atas net dan jatuh di daerah servis dengan cara tertentu sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Pelempar cakram harus melemparkan cakramnya sejauh mungkin dan memastikan cakramnya jatuh di daerah yang sah. Kedua atlet berusaha menggunakan teknik yang baik sehingga tujuan tiap keterampilan dapat tercapai dengan tingkat efisiensi dan keberhasilan tertinggi.
Dalam olahraga hukum-hukum mekanika tidak diterapkan pada atlet saja, tetapi juga digunakan untuk memperbaiki efisiensi peralatan olahraga, misalnya sepatu yang digunakan untuk atletik, ski, dan peralatan keselamatan seluruhnya dibuat dengan menggunakan pengetahuan gaya-gaya eksternal (external force) yang ada di muka bumi dan kekuatan otot yang diciptakan atlet.
B.     Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan momen gaya?
  2. Apa yang dimaksud hukum gerak newton dan bagaimana implementasinya pada olahraga?
  3. Apa yang dimaksud dengan momen inersia?
  4. Apa yang dimaksud dengan momentum sudut?
  5. Apa hubungan antara implus dan momentum?
  6. Apa hubungan antara usaha dan energi?


BAB II
PEMBAHASAN



A.    Momen Gaya (Torsi)
Dalam gerak rotasi penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Apabila kita ingin membuat sebuah benda berotasi, kita harus memberikan momen gaya pada benda tersebut. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah poros jungkat-jungkit. Kemudian pada katrol yang berputar karena bergesekan dengan tali yang ditarik dan dihubungkan dengan beban.
Momen gaya adalah hasil kali gaya dan jarak terpendek arah garis kerja terhadap titik tumpu. Momen gaya sering disebut dengan momen putar atau torsi, diberi lambang t (baca: tau). 
t = F . d
Momen gaya yang menyebabkan putaran benda searah putaran jarum jam disebut momen gaya negatif. Sedangkan yang menyebabkan putaran benda berlawanan arah putaran jarum jam disebut momen gaya positif. Titik 0 sebagai titik poros atau titik acuan.
Momen gaya oleh F1 ( jika berlawanan jarum jam ) adalah t1 = + F1 . d1
Momen gaya oleh F2 ( Jika searah jarum jam ) adalah t2 = - F2 . d2
Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Torsi disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vektor. Dalam mekanika, vektor gaya sering digambarkan dengan panah. Ujung panah menunjukan arah gaya yang bekerja, panjang panah dibuat skalanya untuk menggambarkan jumlah gaya yang diterapkan. Misalnya dalam olahraga angkat berat, kita contohkan dua lifter sedang mengerahkan kekuatan ototnya untuk mengangkat sebuah barbell, salah satu atlet mengangkat secara vertical dan atlet lainnya menariknya secara horizontal, hasilnya adalah lifter menarik barbell sebagian keatas dan sebagian kesamping. Tergantung pada jumlah gaya yang diberikan oleh tiap atlet, maka barbell bergerak (atau vector) ke arah apa yang disebut dengan resultan vektor gaya (resultant force vector). Resultan vektor dalam situasi ini sama dengan dua buah gaya yang secara simultan menarik barbell dengan arah yang berbeda. 
B.     Hukum Gerak Newton
Hukum gerak newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan dapat dirangkum sebagai berikut:
a.       Hukum newton I
Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya, benda yang sudah bergerak dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak dengan kecepatan itu jika tidak ada gangguan (gaya).
Jika gaya total yang bekerja pada benda itu sama dengan nol, maka benda yang sedang diam akan tetap diam dan benda yang sedang bergerak lurus dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Secara sederhana Hukum Newton I mengatakan bahwa perecepatan benda nol jika gaya total (gaya resultan) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Sebenarnya pernyataan hukum Newton I di atas sudah pernah diucapkan oleh Galileo beberapa tahun sebelum Newton lahir. Galileo mengatakan: kecepatan yang diberikan pada suatu benda akan tetap dipertahankan jika semua gaya penghambatnya dihilangkan.
b.      Hukum Newton II
Percepatan sebuah benda yang diberi gaya adalah sebanding dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda. Dalam bentuk rumus hukum 2 Newton dapat dituliskan sebagai berikut:  F = m.a dimana, F = gaya (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2)
Hukum Newton II akan membicarakan keadaan benda jika resultan gaya yang bekerja tidak nol. Bayangkan anda mendorong sebuah benda dilantai yang licin sekali sehingga benda itu bergerak dengan percepatan. Menurut hasil percobaan jika gayanya diperbesar 2 kali ternyata percepatannya menjadi 2 kali lebih besar. Demikian juga jika gaya diperbesar 3 kali percepatannya lebih besar 3 kali lipat, disini dapat simpulkan bahwa percepatan sebanding dengan resultan gaya yang bekerja.
Sekarang kita lakukan percobaan lain, kali ini massa bendanya divariasi tetapi gayanya dipertahankan tetap sama. Jika massa benda diperbesar 2 kali, ternyata percepatannya menjadi ½ kali. Demikian juga jika massa benda diperbesar 4 kali, percepatannya menjadi ¼ kali percepatan semula, disini dapat disimpulkan bahwa percepatan suatu benda berbanding terbalik dengan massa benda itu.
c.       Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua ini mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang besarnya sama dengan gaya yang diterima tapi arahnya berlawanan.
Faksi = - Freaksi

Faksi = gaya yang bekerja pada benda
Freaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi

Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksi antara benda-benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu benda. Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, benda B secara bersamaan akan mengerjakan gaya dengan besar yang sama pada benda A dan kedua gaya segaris, misalnya para peluncur es (Ice skater) memberikan gaya satu sama lain dengan besar yang sama tapi arah yang berlawanan, walaupun gaya yang diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak sama. Peluncur yang massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja pada hukum ketiga ini adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama memberikan gaya gesek. Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda, dan tidak pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki dua ujung. Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan, atau sebuah ujung gaya adalah cerminan dari ujung lainnya.
C.    Implementasi Hukum Gerak Newton Pada Olahraga
  1. Tolak Peluru
a.       Hukum Newton I ( kekekalan )
Bola tolak peluru akan diam jika tidak diberikan gaya dari luar.
Keterangan: Dalam tolak peluru sifat kekekalan sebuah benda terdapat pada peluru itu sendiri. Pada saat peluru dilempar peluru akan terus bergerak secara beraturan setelah itu akan jatuh dan berhenti pada tanda panah dalam gambar, titik dimana peluru itu akan berhenti, dan akan terus diam jika tidak digerakkan.
Disini dibuktikan, bahwa setiap benda yang tidak bergerak, akan tetap diam, terkecuali ada gaya dari luar yang menggerakkan.
b.      Hukum Newton II
Saat melakukan lemparan tolak peluru bola akan lebih jauh dan cepat jika diberikan lemparan yang kuat begitu sebaliknya.
Keterangan: Seberapa besar gaya yang dibutuhkan tangan dalam melempar untuk mendapatkan jarak yang jauh yang jelas, semakin cepat dan kuat tangan melempar maka sifat inersia atau kekekalan dari bola akan dapat dipertahankan sejauh mungkin.
c.       Hukum Newton III
Saat tungkai ditekuk tanah akan memberikan reaksi sebaliknya terhadap tungkai.
Keterangan: Sebagaimana diketahui sebuah reaksi akan timbul jika ada sebuah reaksi. Dalam lempar cakram, reaksi yang ada yaitu pada saat tungkai belakang yang ditekuk, diluruskan sehingga terjadi gaya dorong yang menyababkan tubuh bergeser ke depan. Disini ketika tungkai ditekuk tanah memberikan reaksi kepada tungkai untuk dapat melakukan tolakan dari di tekuk menjadi lurus.
  1. Bola Basket
a.       Hukum Newton I
Pada saat dribbling bola akan terus bergerak beraturan dan berhenti jika bola di pegang kedua tangan.
Keterangan: Bola basket akan terus bergerak atau berputar jika di giring dan pada saat bola itu di tangkap maka otomatis bola akan berhenti bergerak atau berputar. Oleh karena itu untuk mempertahankan kekekalan sebuah bola basket maka seorang atlet harus mampu menguasai bola.
b.      Hukum Newton II
Pada saat shooting cepat dan lambat pergerakan bola basket mempengaruhi jarak bola.
Keterangan: Saat melakukan shooting seorang atlet harus menentukan kekuatan gaya yang dibutuhkan untuk memasukkan sebuah bola ke dalam ring, tergantung jarak antara atlet dan ring. Apabila ring jaraknya dekat dengan atlet maka gaya harus kecil hingga percepatan bola juga lamban dan bentuk sudut siku. Sebaliknya jika ringnya jauh maka gaya yang dibutuhkan juga besar agar jarak yang didapatkan maksimal dan sudut pada tangan mengecil.
c.       Hukum Newton III
Pantulan bola basket saat dribbling. Saat bola di dribbling pasti memanfaatkan lantai sebagai tempat untuk memantulkan bola tersebut keatas.
Keterangan: Lantai akan memberikan reaksi pada saat bola tersebut jatuh kebawah, dan memantulkannya kembali keatas.
  1. Lari Sprint
a.       Hukum Newton I
Pada saat start jongkok atlet akan diam sampai mendengar aba-aba dari wasit.
Keterangan: Keadaan diam disini akan bergerak ketika mendapatkan gaya dari luar, yaitu pada saat wasit memberikan aba-aba kepada atlet. Atlet akan cendrung tidak akan melakukan gerakan apabila belum mendapatkan aba-aba.
b.      Hukum Newton II
Pada saat berlari menambah gaya kecepatan agar menghasilkan percepatan yang maksimal.
Keterangan: Semakin besar gaya yang dikeluarkan oleh seorang atlet maka akan semakin besar percepatannya. Hal ini tergantung dari bagaimana cara atlet berlari, baik itu posisi badan, posisi kaki, dan juga tolakan. Sebagai contoh: badan yang cenderung condong kedepan akan mudah untuk mengimbangi berat badan dan melawan arah angin.
c.       Hukum Newton III
Pada saat melakukan tolakan pada balok start gaya yang dilakukan akan menghasilkan gaya terbalik pada balok start.
Keterangan: Pada saat kaki melakukan tolakan di balok start maka balok start akan memberikan reaksi sebaliknya dengan menahan agar atlet dapat bertolak dengan baik. Reaksi akan semakin besar jika kaki memberikan tolakan yang kuat pula.
  1. Tenis Lapangan
a.       Newton I: Dalam mengambil posisi baik forehand dan backhand pemain tersebut akan diam dan mengamati bola yang datang, pemain tersebut akan bergerak beraturan sesuai dengan arah bola yang datang kepadanya.
b.      Newton II: Perubahan gerak terjadi dipengaruhi oleh besar gaya bola yang datang, pemain tenis akan secepat mungkin mengambil posisi apa yang akan dilakukan. Apabila pemain tersebut menginginkan suatu pukulan forehand yang keras maka yang harus dilakukan adalah memperbesar gaya sehingga dapat menimbulkan percepatan yang lebih cepat. Seorang pemain harus dapat memprediksi saat impac bola terhadap raket.
c.       Newton III : Perubahan gerak terjadi dipengaruhi oleh besar gaya bola yang datang, pemain tenis akan secepat mungkin mengambil posisi apa yang akan dilakukan. Apabila pemain tersebut menginginkan suatu pukulan forehand yang keras maka yang harus dilakukan adalah memperbesar gaya sehingga dapat menimbulkan percepatan yang lebih cepat. Seorang pemain harus dapat memprediksi saat impac bola terhadap raket.
Gerak Lurus: Saat lengan menarik raket ke belakang.
Gerak Parabola: Saat bola yang melewati net.
Gerak Melingkar: Saat posisi tangan melakukan service.
  1. Tenis Meja
a.       Newton I: Posisi saat akan menerima service.
b.      Newton II: Menambah gaya agar menghasilkan pukulan yang maksimal.
c.       Newton III: Usaha yang dilakukan saat return service.
Gerak Lurus: Arah pukulan forehand ke depan.
Gerak Parabola: Arah bola saat melewati net.
Gerak Melingkar: Pengaruh dari jenis pukulan seperti top spin.
  1. Judo
a.       Newton I: Posisi saat pegangan (komikata) untuk melakukan bantingan.
b.      Newton II: Gaya yang dikeluarkan pada saat bantingan.
c.       Newton III: Saat melakukan bantingan yang membutuhkan tumpuan yang kuat.
Gerak Lurus: Posisi saat mengangkat lawan untuk membanting sampai dengan jatuh ke matras.
Gerak Parabola: Posisi lawan yang terangkat.
Gerak Melingkar: Posisi tangan saat membanting.
  1. Soft Ball
a.       Newton I: Saat pitcher melakukan lemparan.
b.      Newton II: Gaya yang dikeluarkan pada saat lemparan.
c.       Newton III : Saat impac antara bola dengan stick.
Gerak Lurus: Arah lemparan yang bergerak lurus.
Gerak Parabola: Saat bola lepas dari tangan.
Gerak Melingkar : Posisi tangan saat melakukan lemparan

D.    Momen Inersia
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Momen inersia ini dapat dianggap sebagai hambatan rotasi. Istilah ini menjelaskan kecenderungan seluruh benda atau atlet yang pada awalnya menghambat rotasi dan seterusnya ingin melanjutkan rotasi. Prinsip mekanika ini terjadi dalam setiap situasi dimana atlet melakukan rotasi, memutar atau putaran, dan dalam setiap situasi dimana alat pemukul, tongkat golf, dan alat lainnya diayunkan, momen inersia selalu ada dalam seluruh situasi olahraga dimana terjadi gerak anguler.
Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Lambang I dan kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk kepada momen inersia. Terdapat dua faktor penting yang menentukan seberapa besar inersia yang dimiliki benda berputar, faktor-faktor tersebut adalah:
  1. Massa Benda
Semakin besar massa yang dimiliki sebuah benda, maka semakin besar tahanan yang menghambat gerak rotasinya. Selain itu pula semakin besar massa, semakin besar pula keinginan benda untuk tetap berputar. Sebuah alat pemukul baseball lebih sulit diayunkan dari pada alat pemukul yang ringan. Setelah pemukul memberikan efek putaran yang memadai agar alat pemukul bergerak, maka alat pemukul yang berat tetap ingin terus bergerak. Semakin berat alat pemukul, maka semakin kuat atlet untuk menggerakan, mengontrol, dan menghentikan alat pemukul.
  1. Distribusi Massa
Distribusi massa yaitu bagaimana distribusi massa terhadap porosnya. Apakah distribusi massa benda jauh dari poros rotasinya ataukah lebih dekat ke poros rotasinya. Misalnya dua tongkat golf A dan B, panjang dan bentuknya sama dan pada timbangan menunjukan berat yang sama. Tongkat B massanya lebih banyak terkumpul disekitar ujung tongkatnya. Tongkat B mempunyai momen inersia yang lebih besar daripada tongkat A, karena hamper seluruh massanya terdistribusi ke ujung tongkatnya. Bila tongkat B diayunkan maka pada awalnya akan mengalami kesulitan, juga akan kesulitan mengontrolnya selama diayunkan, dan mengalami kesulitan apabila akan menghentikan ayunannya.


E.     Angular Momentum (Momentum Sudut)
Angular momentum menunjukan massa yang sedang berputar, lebih tepatnya lagi dua kata yang menjelaskan kuantitas gerak yang dimiliki oleh benda atau atlet yang sedang berputar. Dalam olahraga seringkali bagi atlet untuk menciptakan sebanyak mungkin angular momentum, apakah pada tubuh sendiri atau lawan.
Komponen-komponen yang dapat meningkatkan angular momentum adalah: massa (seberapa besar massa benda), seberapa jauh distribusi massa terhadap poros rotasi, dan seberapa cepat rotasinya (kecepatan angular). Selama melakukan batting, angular momentum dapat ditingkatkan dengan tiga cara, yaitu:
a.       Meningkatkan massa bat. Atlet dapat memilih bat yang lebih berat diayun. Jika atlet berputar maka atlet tiba-tiba harus menambah beratnya untuk meningkatkan angular momentumnya.
b.      Memindahkan massa dalam jumlah besar sejauh mungkin dari poros rotasi. Jika atlet tidak melakukan rotasi, maka atlet harus meluruskan tubuhnya. Jika atlet mengayunkan batnya maka harus sepanjang mungkin dan dengan kebanyakan massanya terkumpul di ujung batnya.
c.       Meningkatkan kecepatan angular. Atlet dapat meningkatkan kecepatan putarannya. Pemukul dapat mengayunkan alat pukulnya lebih cepat sehingga menghasilkan kecepatan angular yang tinggi.
Penting untuk diperhatikan bahwa kombinasi antara massa, distribusi massa, dan kecepatan angular harus seimbang. Dalam keterampilan memukul dan menendang, peningkatan massa dalam jumlah besar yang ditempatkan jauh dari poros rotasi seperti long pass atau shooting dalam sepak bola jika atlet tidak memiliki kekuatan untuk mengayunkan tungkainya maka massa tambahannya tidak ada gunanya. Apa yang dibutuhkan adalah jumlah massa yang sesuai dikombinasikan dengan panjang tungkai dan kecepatan angular tinggi.
F.     Hubungan Implus dan Momentum
1.      Hasil kali gaya dengan selang waktu singkat bekerjanya gaya pada benda tersebut dinamakan impuls.
2.      Besarnya impuls pada benda sama dengan besarnya perubahan momentum pada benda tersebut.


F . ∆ t = m / v2 – m / v1
 
 



Dengan      F   = gaya yang bekerja (N)
                  ∆ t = selang waktu singkat (s)
                  v1 = kecepatan awal benda (m/s)
                  v2 = kecepatan akhir benda (m/s)                  
dapat juga ditulis:
I = F . ∆ t
 
                                                     

dengan I = impuls benda (N.s)
3.      Teorema impuls dan momentum
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami benda.


I = ∆ t = p2 – p1 = m . v2 – m . v1
 
 


4.      Hukum II Newton dalam bentuk momentum


F = ∆ p
     ∆ t
 
 



G.    Hubungan Usaha dan Energi
a.       Usaha
Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan pengertian usaha dalam mekanika. Untuk memahami perbedaan pengertian tersebut di bawah ini diberikan beberapa contoh dan penjelasannya.
1.      Pengertian “Usaha” berdasarkan pengertian sehari-hari: Bila seseorang mahasiswa ingin lulus dengan IPK yang baik, diperlukan usaha keras untuk belajar.
2.      Pengertian “Usaha” dalam mekanika: Dalam latihan beban, seorang atlet mengangkat dumbell. Atlet memberikan gaya pada dumbell akibatnya dumbell akan bergerak ke atas pada jarak tertentu. Sebaliknya jika dumbell itu disimpan pada suatu tempat dengan ketinggian dada kemudian atlet menahannya dengan kontraksi statis selama 10 detik maka tidak ada usaha mekanis yang dilakukan karena dumbell tidak bergerak. Tidak jadi persoalan seberapa besar atlet mengkontraksikan ototnya, jika tidak ada yang bergerak maka tidak ada usaha mekanis yang dilakukan.
Dari dua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kata “Usaha” dalam pengertian sehari-hari ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu angka atau ukuran dan tidak dapat pula dinyatakan dengan rumus matematis. Tetapi dalam mekanika “Usaha” merupakan definisi yang sudah pasti, mempunyai arti dan dapat dinyatakan dengan rumus matematis. Dalam fisika, usaha merupakan proses perubahan energi dan usaha ini selalu dihubungkan dengan gaya (F) yang menyebabkan perpindahan (s) suatu benda. Dengan kata lain, bila ada gaya yang menyebabkan perpindahan suatu benda, maka dikatakan gaya tersebut melakukan usaha terhadap benda.
b.      Energi
Energi sering juga disebut dengan tenaga. Energi adalah kapasitas atlet atau benda untuk melakukan usaha. Dalam kehidupan sehari-hari energi dihubungkan dengan gerak, misalnya orang yang energik artinya orang yang selalu bergerak tidak pernah diam. Dalam istilah mekanika, energy mempunyai tiga bentuk:
1.       Energi Kinetik (Kinetic Energy)
Energy kinetik adalah kapasitas sebuah benda atau seorang atlet untuk melakukan usaha karena geraknya. Semakin besar massa yang dimilikinya atau semakin cepat bergerak, maka semakin besar kapasitasnya untuk melakukan usaha. Benda apa saja yang sedang bergerak mempunyai momentum dan energi kinetik.
2.       Energi Potensial (Potential Energy)
Energi ini merupakan energi yang disimpan (stored energy) yaitu energi yang tersedia dan siap digunakan. Seorang atlet mempunyai energi potensial ketika berada pada ketinggian, yaitu di atas permukaan bumi. Semakin berat atlet dan semakin tinggi posisinya di atas permukaan bumi, maka semakin besar energi potensialnya.
3.       Energi Regang (Strain Energy)
Benda mempunyai energy ini jika benda tersebut mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk semula setelah ditarik, ditekan, diputar, atau didorong keluar dari bentuk semula. Usaha harus dilakukan untuk menempatkan benda pada kondisi ini, dan setelah berubah bentuk, kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula, berarti benda juga dapat melakukan usaha. Kemampuan elastik dari otot-otot yang diregang pada saat atlet lari, lompat, dan melempar juga merupakan contoh penggunaan energi ini.


BAB III
PENUTUP



  1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Biomekanika olahraga adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada saat melakukan aktifitas olahraga. Ilmu ini menjelaskan bagaimana pengetahuan mekanika cabang olahraga.
2.      Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya.
3.      Hukum gerak newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.
4.      Hukum gerak newton dapat di implementasikan pada olahraga tolak peluru, bola basket, lari sprint, tenis lapang dan lain-lain.
5.      Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Momen inersia ini dapat dianggap sebagai hambatan rotasi. Terdapat dua faktor penting yang menentukan seberapa besar inersia yang dimiliki benda berputar, yaitu: massa benda dan distribusi massa.


No comments:

Post a Comment