Sponsor

Sunday, 9 February 2014

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DARI IVAN PETROVICH PAVLOP



BAB I
PENDAHULUAN


       Teori belajar merupakan upaya dari mendeskripsikan bagaimana manusia dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses komplek suatu pembelajaran. Teori belajar selalu berawal dari suatu sudut pandang psikologi belajar tertentu. Pada era modern ini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama bidang pskiologi pendidikan bermunculan pula berbagai teori tetang belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
       Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behaviorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behaviorisme tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus.
       Pada makalah ini penulis akan membahas tentang Ivan Petrovich Pavlov dengan pengkondisian klasiknya (classical conditioning). Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di suatu desa kecil di Rusia Tengah bernama Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Pavlov merupakan anak dari seorang pendeta, pada mulanya Pavlov belajar untuk menjadi seorang pendeta. Pavlov sebenarnya bukan sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena Pavlov adalah seorang sarjana ilmu faal (fisiolog) yang fanatik, sekaligus seorang dokter.
       Ketika sekolah di seminari teologi, di tengah pergulatannya dengan doktrin-doktrin agama dan teologi, Pavlov juga menyimak karya-karya para pemikir dan ilmuwan, khususnya Charles Darwin. Pavlov akhirnya lebih tertarik pada dunia ilmiah dan ilmu pengetahuan daripada agama dan teologi. Pavlov lalu meninggalkan seminari dan masuk Universitas St. Petersburg, di sana Pavlov belajar kimia dan fisiologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi dan menerima gelar doktor pada 1879. Pada tahun 1884 Pavlov menjadi direktur departemen fisiologi pada Institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov merai penghargaan nobel pada bidang physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Pavlov memulai karir keduanya dengan mendalami studi reflex psikis pada usia 50 tahun, sedangkan dian mengawali karir ketiganya dengan mendalami studi aplikasi karyanya pada penyakit mental pada usia 80 tahun. Studi ini diwujudkan dalam bentuk buku yang berjudul Conditioned Reflexes and Psychiatry (1941), yang oleh banyak orang dianggap memberikan kontribusi yang signifikan untuk psikiatri.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Penelitian Pavlov.

     anjing diberikan sebuah makanan (US) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UR). Gambar 2, anjing diperdengarkan sebuah bel maka anjing tidak merespon atau mengeluarkan air liur. Gambar 3, anjing diberikan sebuah makanan (US) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UR) akibat pemberian makanan. Gambar 4, Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
      Dalam eksperimen ini akan mengulas tentang cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan anjing akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang.
      Pada eksperimen yang dilakukan Pavlov dengan obyek seekor anjing, makanan dan bel sebagaimana dideskripsikan di atas, maka ada beberapa unsur penting yang menyebabkan terjadinya proses pengkondisian. Unsur yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengkondisian Pavlovian adalah: (1) Stimulus tidak terkondisi (US) merupakan suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik, contohnya makanan, (2) Stimulus terkondisi (CS) adalah suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (US), contohnya bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan,  (3) Respons tidak terkondisi (UR) merupakan refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya, contohnya mengeluarkan air liur, (4) Respon terkondisi (CR) merupakan refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US, contohnya keluar air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
B.       Prinsip-prinsip Pengkondisian Klasik
Menindaklanjuti temuan sebelumnya, Pavlov berhasil mengidentifikasi empat proses: acquisition (akuisisi/fase dengan pengkondisian), extinction (eliminasi/ fase tanpa pengkondisian), generalization (generalisasi), dan discrimination(diskriminasi).
      1.  Fase  Akuisisi
Fase akuisisi merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi sebagai contoh, anjing ‘belajar’ mengeluarkan air liur karena pengkondisian suara lonceng. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kecepatan conditioning selama fase akuisisi. Faktor yang paling penting adalah urutan dan waktu stimuli. Conditioning terjadi paling cepat ketika stimulus kondisi (suara lonceng) mendahului stimulus utama (makanan) dengan selang waktu setengah detik. Conditioning memerlukan waktu lebih lama dan respons yang terjadi lebih lemah bila dilakukan penundaan yang lama antara pemberian stimulus kondisi dengan stimulus utama. Jika stimulus kondisi mengikuti stimulus utama sebagai contoh, jika anjing menerima makanan sebelum lonceng berbunyi conditioning jarang terjadi.
      2. Fase Eliminasi
Sekali telah dipelajari, suatu respons dengan kondisi tidaklah diperlukan secara permanen. Istilah extinction (eliminasi) digunakan untuk menjelaskan eliminasi respons kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus utama. Jika seekor anjing telah ‘belajar’ mengeluarkan air liur karena adanya suara lonceng, peneliti dapat secara berangsur-angsur menghilangkan stimulus utama dengan mengulang-ulang bunyi lonceng tanpa memberikan makanan sesudahnya.
3.  Generalisasi
Setelah seekor hewan telah ‘belajar’ respons kondisi dengan satu stimulus, ada kemungkinan juga ia merespons stimuli yang sama tanpa latihan lanjutan. Jika seorang anak digigit oleh seekor anjing hitam besar, anak tersebut bukan hanya takut kepada anjing tersebut, namun juga takut kepada anjing yang lebih besar. Fenomena ini disebut generalisasi. Stimuli yang kurang intens biasanya menyebabkan generalisasi yang kurang intens. Sebagai contoh, anak tersebut ketakutannya menjadi berkurang terhadap anjing yang lebih kecil.
     4.  Diskriminasi
Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang individu belajar menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak dari stimulus yang sama namun kondisinya berbeda. Sebagai contoh, seorang anak memperlihatkan respons takut pada anjing galak yang bebas, namun mungkin memperlihatkan rasa tidak takut ketika seekor anjing galak diikat atau terkurung dalam kandang.

C.     Implikasi Teori Pavlov dalam Dunia Pendidikan
      Karena keterbatasan referensi, agak sulit mencari gambaran tentang hasil penelitian empiris tentang penerapan teori pavlov ini dalam dunia pendidikan, apalagi penerapannya dalam kelas. Akan tetapi di sini akan dicoba untuk menerapkan berbagai prinsip teori kondisioning Pavlov dalam dunia pendidikan dengan menggunakan analogi.
1.      Kondisioning dengan US yang menyenangkan
Kondisioning ini akan memunculkan respon yang menyenangkan ketika subyek berinteraksi dengan CS. Kondisi menyenangkan itu sendiri merupakan kondisi psikologis yang sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas belajar, membuat anak merasa nyaman, meningkatkan minat dan motivasi anak untuk masuk sekolah. Tersedianya US yang menimbulkan perasaan senang sangat diperlukan. Untuk itu, dunia pendidikan perlu untuk mengembangkan sistem komunikasi, pola hubungan pendidik-subyek didik, metode pembelajaran, lingkungan, baik fisik maupun non-fisik yang memunculkan perasaan senang dalam diri subyek didik. Disamping itu, perlu dimunculkan berbagai media pembelajaran, yang selain bisa menambah daya imajinasi, juga membantu proses asosiasi, sehingga akan mempermudah dan sekaligus meningkatkan pemahaman subyek didik.
2.      Kondisioning dengan US yang tidak menyenangkan
US yang tidak menyenangkan akan memunculkan perilaku penghindaran (avoidance behavior). Subyek akan merespon dengan upaya agar tidak berada dalam kondisi tersebut. US itu bisa berbentuk hukuman. Akan tetapi bentuk hukuman harus diupayakan agar bersifat mendidik dan tidak memunculkan kesan yang negatif, yang akan menghalangi kesan menyenangkan dari kondisioning sebelumnya. Kondisioning semacam ini bisa digunakan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan.

3.      Memudarkan Respon Negatif Subyek Didik
Dalam dunia pendidikan ada banyak kasus di mana subyek didik merasa tidak nyaman berada di sekolah atau tempat pendidikan lainnya. Ada juga yang tidak suka, bahkan benci terhadap mata pelajaran atau pendidik tertentu. Dalam perspektif teori kondisioning, hal ini adalah response terkondisikan dari sebuah proses kondisioning. Respon-respon seperti itu bisa mengurangi, bahkan menggangu efektifitas pembelajaran. Teori Pavlov menyediakan banyak cara untuk mengeliminir respon-respon tersebut dengan proses pemudaran (extinction).
D.      Implikasi Teori Pavlov dalam Dunia Olahraga
       Seperti halnya implikasi teori pavlov dalam dunia pendidikan, implikasi dalam olahraga juga terdiri atas tiga hal, yaitu:
1.      Kondisioning dengan US yang menyenangkan
Kondisioning ini akan memunculkan respon yang menyenangkan ketika subyek berinteraksi dengan CS. Kondisi menyenangkan itu sendiri merupakan kondisi psikologis yang sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas latihan, membuat anak latih merasa nyaman, meningkatkan minat dan motivasi untuk terus mengikuti latihan. Tersedianya US yang menimbulkan perasaan senang sangat diperlukan. Untuk itu, sebagai pelaku olahraga kita perlu mengkondisikan bahwa latihan kita menarik dan tidak membosankan.          
2.      Kondisioning dengan US yang tidak menyenangkan
US yang tidak menyenangkan akan memunculkan perilaku penghindaran (avoidance behavior). Subyek akan merespon dengan upaya agar tidak berada dalam kondisi tersebut. US itu bisa berbentuk hukuman ataupun contoh perilaku yang kurang baik. Hukuman harus diupayakan agar bersifat mendidik dan tidak memunculkan kesan yang negatif, yang akan menghalangi kesan menyenangkan dari kondisioning sebelumnya. Kondisioning semacam ini bisa digunakan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan respect dengan orang lain.
3.      Memudarkan Respon
Dalam dunia mungkin lebih sulit untuk memudarkan response karena lebih kompleks. Tetapi dengan proses pemudaran (extinction) semua itu bisa dilakukan. Sebagai contoh, ketika anak latih diberikan latihan yang sama secara terus menerus maka akan membuat anak latih menjadi jenuh. Kondisi itu akan mengakibatkan kemunduran efektivitas latihan dan membuat anak latih merasa tidak nyaman serta menurunnya minat dan motivasi untuk mengikuti latihan


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
      Teori Kondisioning Pavlov menyediakan informasi tentang kemungkinan munculnya respon berupa kondisi psikologis tertentu yang membekas dalam diri subyek, tidak hanya terhadap substansi peristiwa itu, tetapi juga terhadap lingkungan atau sesuatu yang bisa diasosiasikan dengan peristiwa tadi. Respon yang muncul bisa positif bisa pula negatif. Untuk respon yang negatif, Teori Pavlov menyediakan pula cara untuk memudarkan respon tersebut. Penerapan teori ini sudah sangat luas digunakan sebagai landasan metode pengobatan dengan terapi tertentu. Karenanya data-data empiris tentang penggunaan dan efektivitas penerapannya dalam lingkup ini mudah didapat.
      Sebaliknya, dalam lingkup olahraga, pengembangan teori ini tidak seluas sebagaimana dalam lingkup pengobatan/ terapi. Akan tetapi peluang ke arah itu terbuka lebar. Hanya saja, mengingat subyek didik adalah manusia yang memiliki banyak dimensi, teori ini juga mempunyai banyak keterbatasan, sehingga hanya aspek tertentu saja yang bisa diteropong dengan teori ini.
B.  Saran
      Solusi dari penulis yang diberikan untuk teori belajar behaviorisme dari Pavlov ini adalah bahwa untuk membentuk tingkah laku atau perilaku yang baik seseorang individu haruslah dilakukan pemberian stimulus atau rangsangan yang baik pula serta dilakukan secara terus menerus agar respons yang diberikan oleh individu nantinya bisa menjadi kebiasaan.
      Serta pemberian penguatan yang positif haruslah juga diberikan agar memacu respons dari individu atas stimulus yang telah diberikan.


Daftar Pustaka
Hergenhaihn B.R.  & Olson H.M. (2008). Theories of Learning, edisi ketujuh. Jakarta: Kencana Prenada media Group.
Heri R. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jawa Barat: Nusa Media.
Ratna W.D. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

No comments:

Post a Comment