BAB
I
PENDAHULUAN
Teori belajar merupakan upaya dari
mendeskripsikan bagaimana manusia dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses komplek suatu pembelajaran. Teori belajar selalu
berawal dari suatu sudut pandang psikologi belajar tertentu. Pada era modern
ini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama bidang pskiologi pendidikan
bermunculan pula berbagai teori tetang belajar. Ada tiga perspektif utama dalam
teori belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
Behaviorisme dari kata behave
yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behaviorisme merupakan
pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa
perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan
penelitian, behaviorisme tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik
esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman
terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang,
bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang
tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang Ivan Petrovich Pavlov dengan
pengkondisian klasiknya (classical
conditioning). Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di suatu desa kecil di
Rusia Tengah bernama Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di
Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Pavlov merupakan anak dari seorang
pendeta, pada mulanya Pavlov belajar untuk menjadi seorang pendeta. Pavlov sebenarnya
bukan sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena
Pavlov adalah seorang sarjana ilmu faal (fisiolog) yang fanatik, sekaligus
seorang dokter.
Ketika sekolah di seminari teologi, di tengah pergulatannya dengan doktrin-doktrin
agama dan teologi, Pavlov juga menyimak karya-karya para pemikir dan ilmuwan,
khususnya Charles Darwin. Pavlov
akhirnya lebih tertarik pada dunia ilmiah dan ilmu pengetahuan daripada agama
dan teologi. Pavlov lalu meninggalkan seminari dan masuk Universitas St.
Petersburg, di sana Pavlov belajar kimia dan fisiologi. Pavlov lulus sebagai
sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi dan menerima gelar doktor pada
1879. Pada tahun 1884 Pavlov menjadi direktur departemen fisiologi pada Institute of Experimental Medicine dan
memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov merai penghargaan
nobel pada bidang physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi
behavioristik di Amerika. Pavlov memulai karir keduanya dengan mendalami studi
reflex psikis pada usia 50 tahun, sedangkan dian mengawali karir ketiganya
dengan mendalami studi aplikasi karyanya pada penyakit mental pada usia 80
tahun. Studi ini diwujudkan dalam bentuk buku yang berjudul Conditioned Reflexes and Psychiatry (1941), yang
oleh banyak orang dianggap memberikan kontribusi yang signifikan untuk
psikiatri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian Pavlov.
anjing
diberikan sebuah makanan (US) maka
secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UR). Gambar 2, anjing
diperdengarkan sebuah bel maka anjing tidak
merespon atau mengeluarkan air liur. Gambar 3, anjing diberikan sebuah makanan
(US) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UR) akibat pemberian makanan. Gambar 4, Setelah
perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar
bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan
respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam eksperimen ini akan mengulas tentang cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika
bunyi bel di berikan anjing akan merespon dengan
mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya
(gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air
liur) akan hilang.
Pada
eksperimen yang dilakukan Pavlov dengan obyek seekor anjing,
makanan dan bel sebagaimana dideskripsikan di atas, maka ada beberapa unsur
penting yang menyebabkan terjadinya proses pengkondisian. Unsur yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pengkondisian Pavlovian adalah: (1) Stimulus tidak terkondisi (US) merupakan suatu peristiwa lingkungan yang
melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik, contohnya
makanan, (2) Stimulus
terkondisi (CS) adalah suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (US), contohnya bunyi bel adalah
stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa
makanan, (3) Respons tidak terkondisi (UR) merupakan refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan
sendirinya, contohnya mengeluarkan air liur, (4) Respon terkondisi (CR) merupakan refleks yang
dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US, contohnya keluar air
liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
B.
Prinsip-prinsip Pengkondisian Klasik
Menindaklanjuti temuan
sebelumnya, Pavlov berhasil mengidentifikasi empat proses: acquisition (akuisisi/fase dengan
pengkondisian), extinction
(eliminasi/ fase tanpa pengkondisian), generalization (generalisasi), dan discrimination(diskriminasi).
1. Fase Akuisisi
1. Fase Akuisisi
Fase akuisisi merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi sebagai contoh, anjing
‘belajar’ mengeluarkan air liur karena pengkondisian suara lonceng. Beberapa
faktor dapat mempengaruhi kecepatan conditioning selama fase akuisisi. Faktor
yang paling penting adalah urutan dan waktu stimuli. Conditioning terjadi paling cepat ketika stimulus kondisi (suara
lonceng) mendahului stimulus utama (makanan) dengan selang waktu setengah
detik. Conditioning memerlukan waktu
lebih lama dan respons yang terjadi lebih lemah bila dilakukan penundaan yang
lama antara pemberian stimulus kondisi dengan stimulus utama. Jika stimulus
kondisi mengikuti stimulus utama sebagai contoh, jika anjing menerima makanan
sebelum lonceng berbunyi conditioning
jarang terjadi.
2. Fase Eliminasi
Sekali telah
dipelajari, suatu respons dengan kondisi tidaklah diperlukan secara permanen.
Istilah extinction (eliminasi)
digunakan untuk menjelaskan eliminasi respons kondisi dengan mengulang-ulang
stimulus kondisi tanpa stimulus utama. Jika seekor anjing telah ‘belajar’
mengeluarkan air liur karena adanya suara lonceng, peneliti dapat secara
berangsur-angsur menghilangkan stimulus utama dengan mengulang-ulang bunyi
lonceng tanpa memberikan makanan sesudahnya.
3. Generalisasi
Setelah
seekor hewan telah ‘belajar’ respons kondisi dengan satu stimulus, ada
kemungkinan juga ia merespons stimuli yang sama tanpa latihan lanjutan. Jika
seorang anak digigit oleh seekor anjing hitam besar, anak tersebut bukan hanya
takut kepada anjing tersebut, namun juga takut kepada anjing yang lebih besar.
Fenomena ini disebut generalisasi. Stimuli yang kurang intens biasanya
menyebabkan generalisasi yang kurang intens.
Sebagai contoh, anak tersebut ketakutannya menjadi berkurang terhadap anjing
yang lebih kecil.
4. Diskriminasi
Kebalikan
dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang individu belajar
menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak dari stimulus yang
sama namun kondisinya berbeda. Sebagai contoh, seorang anak memperlihatkan
respons takut pada anjing galak yang bebas, namun mungkin memperlihatkan rasa
tidak takut ketika seekor anjing galak diikat atau terkurung dalam kandang.
C.
Implikasi Teori Pavlov dalam Dunia Pendidikan
Karena keterbatasan referensi, agak sulit mencari gambaran tentang hasil
penelitian empiris tentang penerapan teori pavlov ini dalam dunia pendidikan,
apalagi penerapannya dalam kelas. Akan tetapi di sini akan dicoba untuk
menerapkan berbagai prinsip teori kondisioning Pavlov dalam dunia pendidikan
dengan menggunakan analogi.
1.
Kondisioning dengan
US yang menyenangkan
Kondisioning ini akan memunculkan respon yang
menyenangkan ketika subyek berinteraksi dengan CS. Kondisi menyenangkan itu
sendiri merupakan kondisi psikologis yang sangat diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas belajar, membuat anak merasa nyaman, meningkatkan minat dan
motivasi anak untuk masuk sekolah. Tersedianya US yang menimbulkan perasaan
senang sangat diperlukan. Untuk itu, dunia pendidikan perlu untuk mengembangkan
sistem komunikasi, pola hubungan pendidik-subyek didik, metode pembelajaran,
lingkungan, baik fisik maupun non-fisik yang memunculkan perasaan senang dalam
diri subyek didik. Disamping itu, perlu dimunculkan berbagai media pembelajaran,
yang selain bisa menambah daya imajinasi, juga membantu proses asosiasi,
sehingga akan mempermudah dan sekaligus meningkatkan pemahaman subyek didik.
2.
Kondisioning
dengan US yang tidak menyenangkan
US yang tidak menyenangkan akan memunculkan perilaku
penghindaran (avoidance behavior).
Subyek akan merespon dengan upaya agar tidak berada dalam kondisi tersebut. US
itu bisa berbentuk hukuman. Akan tetapi bentuk hukuman harus diupayakan agar
bersifat mendidik dan tidak memunculkan kesan yang negatif, yang akan
menghalangi kesan menyenangkan dari kondisioning sebelumnya. Kondisioning
semacam ini bisa digunakan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan.
3.
Memudarkan
Respon Negatif Subyek Didik
Dalam dunia pendidikan ada banyak kasus di mana subyek
didik merasa tidak nyaman berada di sekolah atau tempat pendidikan lainnya. Ada
juga yang tidak suka, bahkan benci terhadap mata pelajaran atau pendidik
tertentu. Dalam perspektif teori kondisioning, hal ini adalah response terkondisikan dari sebuah
proses kondisioning. Respon-respon seperti itu bisa mengurangi, bahkan
menggangu efektifitas pembelajaran. Teori Pavlov menyediakan banyak cara untuk
mengeliminir respon-respon tersebut dengan proses pemudaran (extinction).
D.
Implikasi Teori Pavlov dalam Dunia Olahraga
Seperti halnya implikasi
teori pavlov dalam dunia pendidikan, implikasi dalam olahraga juga terdiri atas
tiga hal, yaitu:
1.
Kondisioning
dengan US yang menyenangkan
Kondisioning
ini akan memunculkan respon yang menyenangkan ketika subyek berinteraksi dengan
CS. Kondisi menyenangkan itu sendiri merupakan kondisi psikologis yang sangat
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas latihan, membuat anak latih merasa
nyaman, meningkatkan minat dan motivasi untuk terus mengikuti latihan.
Tersedianya US yang menimbulkan perasaan senang sangat diperlukan. Untuk itu,
sebagai pelaku olahraga kita perlu mengkondisikan bahwa latihan kita menarik
dan tidak membosankan.
2.
Kondisioning
dengan US yang tidak menyenangkan
US yang tidak menyenangkan akan memunculkan perilaku penghindaran (avoidance behavior). Subyek akan
merespon dengan upaya agar tidak berada dalam kondisi tersebut. US itu bisa
berbentuk hukuman ataupun contoh perilaku yang kurang baik. Hukuman harus
diupayakan agar bersifat mendidik dan tidak memunculkan kesan yang negatif,
yang akan menghalangi kesan menyenangkan dari kondisioning sebelumnya.
Kondisioning semacam ini bisa digunakan dalam rangka meningkatkan kedisiplinan
dan respect dengan orang lain.
3.
Memudarkan
Respon
Dalam dunia
mungkin lebih sulit untuk memudarkan response
karena lebih kompleks. Tetapi dengan proses pemudaran (extinction) semua itu bisa dilakukan. Sebagai contoh, ketika anak
latih diberikan latihan yang sama secara terus menerus maka akan membuat anak
latih menjadi jenuh. Kondisi itu akan mengakibatkan kemunduran efektivitas
latihan dan membuat anak latih merasa tidak nyaman serta menurunnya minat dan motivasi
untuk mengikuti latihan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori Kondisioning Pavlov menyediakan informasi tentang kemungkinan munculnya
respon berupa kondisi psikologis tertentu yang membekas dalam diri subyek,
tidak hanya terhadap substansi peristiwa itu, tetapi juga terhadap lingkungan
atau sesuatu yang bisa diasosiasikan dengan peristiwa tadi. Respon yang muncul
bisa positif bisa pula negatif. Untuk respon yang negatif, Teori Pavlov
menyediakan pula cara untuk memudarkan respon tersebut. Penerapan teori ini
sudah sangat luas digunakan sebagai landasan metode pengobatan dengan terapi
tertentu. Karenanya data-data empiris tentang penggunaan dan efektivitas
penerapannya dalam lingkup ini mudah didapat.
Sebaliknya, dalam lingkup olahraga, pengembangan teori ini tidak seluas
sebagaimana dalam lingkup pengobatan/ terapi.
Akan tetapi peluang ke arah itu terbuka lebar. Hanya saja, mengingat subyek
didik adalah manusia yang memiliki banyak dimensi, teori ini juga mempunyai
banyak keterbatasan, sehingga hanya aspek tertentu saja yang bisa diteropong
dengan teori ini.
B.
Saran
Solusi
dari penulis yang diberikan untuk teori belajar behaviorisme dari Pavlov ini
adalah bahwa untuk membentuk tingkah laku atau perilaku yang baik seseorang
individu haruslah dilakukan pemberian stimulus atau rangsangan yang baik pula
serta dilakukan secara terus menerus agar respons yang diberikan oleh individu
nantinya bisa menjadi kebiasaan.
Serta pemberian penguatan yang positif
haruslah juga diberikan agar memacu respons dari individu atas stimulus yang
telah diberikan.
Daftar Pustaka
Hergenhaihn B.R. & Olson H.M. (2008).
Theories of Learning, edisi ketujuh.
Jakarta: Kencana Prenada media Group.
Heri R. (2012). Teori-teori
Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jawa Barat: Nusa Media.
Ratna W.D. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment